REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat Rasulullah SAW terbaring sakit, para istri beliau berkumpul. Tak satu pun dari mereka yang meninggalkan tempatnya. Hingga Fatimah, putri Rasulullah, datang menjenguk dengan berjalan kaki. Kedatang annya pun disambut oleh Aisyah, kemudian diterima dengan hangat oleh Ayahnya. Putri yang berjuluk Az Zahra itu pun duduk di dekat Rasulullah.
Tak berselang lama, Rasulullah membisikkan sesuatu kepada Fatimah, kemudian ia menangis sekeras-kerasnya. Melihat kecemasan muncul dari wajah putri nya itu, Beliau lantas kembali menyampaikan sesuatu kepada nya. Seketika itu pula, tangisnya berganti riang senyum dan tawa. Pemandangan itu terlihat jelas di mata Aisyah.
Perempuan bergelar ummul mu’minin (Ibu Kaum Mukmin) itu pun penasaran dan bergegas ber tanya ke Fatimah, apa gerang an yang dibisikkan oleh Rasulullah kepada putrinya tersebut. Namun, permintaan itu ditolak oleh Fatimah.
“Aku tidak akan membuka rahasia Rasulullah,” katanya menampik. Rahasia itu akhirnya di beberkan sepeninggal Rasulullah. Isinya meliputi dua hal, yaitu ajal Rasulullah yang kian dekat dan apresiasi beliau kepada anaknya itu berupa gelar pemimpin perempuan mukmin atau pemimpin pe rempuan umat.
Kisah lainnya juga pernah di nu kil. Ketika tengah bermain ber sa ma anak-anak, Anas bin Malik ra pernah didatangi oleh Rasululllah SAW. “Setelah mengucapkan salam, beliau mengutusku untuk suatu keperluan sehingga ia terlambat pulang untuk me nemui ibunya, Ummu Salim. Setibanya di rumah, sahabat yang mendapat julukan khadim ar Rasul (pelayan Rasulullah) langsung mendapat pertanyaan dari ibunya perihal sebab keterlambatannya itu. “Apakah yang me na hanmu hingga terlambat pulang?” tanya sang ibu.
Sahabat yang berasal dari suku Khazraj itu pun enggan menjawab. Cukup mengatakan bahwa ia terlambat sebab keperluan yang disuruh Rasulullah. Keper lu an apa yang dimaksud? “Itu ra hasia,” katanya mengelak. Ummu Salim memahami dan meminta agar ia tetap menjaga rahasia itu. “Ja nganlah kamu sekali-kali mem buka rahasia Rasulullah SAW kepada siapa pun,” pinta nya.
Rahasia dalam bahasa Arab di sebut sirr. Informasi apa pun yang diperoleh seseorang dari koleganya ataupun institusi tempat ia bekerja, contohnya, adalah benda berharga yang harus tetap disimpan. Islam mengajarkan agar ti dak membuka dan mengumbarum bar rahasia. Anjuran ini ber laku untuk semua dan di mana pun ia memegang fungsi. Seorang suami contohnya, berkewajiban menyimpan rahasi istri, anak, dan keluarganya. Demikian sebalik nya. Pada intinya, tiap anggota ke luarga memiliki kewajiban sa ma, yaitu menutup rapat rahasia