Kamis 19 Jan 2017 14:34 WIB

Lestari Memeluk Islam karena Kagum dengan Kearifan Rasulullah

Rep: mgrol86/ Red: Agus Yulianto
Mualaf/Ilustrasi
Foto:

Itu semua ibunya lakukan karena takut hubungan Ayih dan ayahnya jadi tidak baik. Dan benar saja, kekhawatiran ibunya itu terjadi. Diam-diam ayahnya mencari tahu sebab keislaman Ayih hingga mencari tahu ke kampus tanpa sepengetahuan Ayih. Terjawablah bahwa Ayih mempelajari Islam karena sahabatnya itu.

“Sahabat saya yang sama-sama belajar agama Islam, dia kembali lagi ke Katholik dan nangis-nangis merasa bersalah karena sudah membawa saya ke jalan yang sesat yaitu Islam. Dia bahkan membujuk saya untuk kembali ke Katholik, ya tapi saya tidak bisa. Karena saya yakin Islam adalah agama yang benar. Saya juga yakin kalau seluruh manusia di dunia ini mau belajar pasti mereka akan masuk agama Islam,” ungkapnya.

Upaya keluarganya menarik Ayih untuk kembali pun beragam, mulai dari sindiran halus, cacian hingga ayahnya membuat video-video tentang keagungan agama Katholik yang diyakininya. Bahkan, ayahnya menunjukan video-video terorisme Islam juga ustad-ustad yang terlibat berbagai kasus. Namun, upaya ayahnya itu semua, tidak menggoyahkan keimanannya, hingga akhirnya semua fasilitas ditarik oleh ayahnya, mulai dari mobil, kartu kredit dan uang kuliah hingga akhirnya Ayih tidak bisa lagi melanjutkan kuliah.

Ayih memutuskan untuk pergi dari rumah. Berbekal uang tabungannya, ia tinggal di kos-kosan yang cukup mewah dan lengkap dengan fasilitas seperti di rumahnya. Tapi, itu hanya bertahan selama tiga bulan, karena uang tabungan semakin menipis lalu ia pindah ke kos-kosan dengan harga yang sedikit lebih murah. Lagi-lagi, itu hanya bertahan beberapa bulan juga, dan kemudian ia pindah ke kos-kosan yang kumuh dengan harga Rp 250 ribu per bulan yang sering bocor dan kebanjiran.

“Sampai makan saja susah waktu itu. Yang dulunya merasa jijik makan nasi bungkus, pada saat itu, makan nasi bungkus dengan lauk seadanya. Saya sudah bersyukur, saya merasa ujian yang Allah kasih sangat berat buat saya. Dulu saya berdoa masih menyebut dengan Tuhan, saya berdoa begini: ‘Ya Tuhan jika saya harus mati dalam keadaan begini, itu lebih baik, karena saya mati dalam keadaan beriman ada Engkau di hati ku. Tolong bantu aku Tuhan, topang aku Tuhan',” kenangnya.

Meskipun ujian yang dirasakannya sungguh berat, Ayih memasrahkan semua kepada Allah SWT hingga akhirnya mendapatkan titik cerah. Ayih berkerja sebagai waitrees dengan gaji yang minim. Dengan gaji itu, ia menghidupi dirinya sendiri hingga pelan-pelan karirnya semakin baik dan berpindah dari perusahaan satu ke perusahaan lain yang gajinya lumayan. “Dibalik kesulitan pasti ada kemudahan, selama kita ikhlas dan berserah kepada Allah. Sedih itu tidak kekal, begitupun dengan kesenangan,” Kata Ayih.

Ayih yang tidak pantang menyerah dan mau belajar, sering mendapatkan prestasi dari perusahaan tempatnya berkerja dan membuat iri teman-teman yang mayoritas pendidikannya di atas Ayih. Sempat beberapa kali, dia dimusuhi dan di kunci di satu ruangan. Itu membuatnya sangat sedih, tapi Ayih yakin bahwa Allah sayang padanya dan itu semua hanya sedikit ujian dari Allah. Apapun akan dihadapi asalkan ia selalu bersama Allah.

Pada 2013, Ayih tidak sengaja berjumpa dengan saudaranya dan mengabarkan bahwa ayahnya sakit karena memikirkan Ayih. Ayih sangat ragu untuk kembali ke rumah, mengingat betapa sakitnya perlakuan yang ia terima dari keluarganya. Ia menyadari, bahwa keluarga terutama ayahnya, bersikap seperti itu karena mungkin menurut mereka Ayih berada di jalan yang sesat. Jadi, itu adalah hal yang sangat wajar dilakukan oleh ayahnya untuk menarik Ayih kembali ke Katholik. Dengan pertimbangan yang matang dan menyingkirkan segala ego, Ayih kembali kerumah dan sambutan keluarganya sudah baik, tidak lagi membahas perbedaan.

“Segala sesuatu kalau kita hadapi dengan sabar dan ikhlas, tentunya akan terasa ringan. Apalagi, kita serahkan hidup mati kita pada Allah. Untuk mualaf apalagi, keimanan kita jangan pernah goyah, kuatkan aqidah dan yakini Islam karena memang Islam adalah agama yang penuh rahmat dan tidak ada keraguan di dalamnya,” tututnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement