Sabtu 14 Jan 2017 11:03 WIB

Kritik Dunia Pertelevisian Nasional, Ini Kata Muhammadiyah

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agus Yulianto
Sebuah siaran televisi nasional (ilustrasi).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Sebuah siaran televisi nasional (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Media penyiaran di Indonesia diharapkan bekerja secara proporsional dan profesional. Menurut Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Ustaz Fathurrahman Kamal, pada umumnya stasiun televisi swasta nasional belum optimal dalam menyiarkan tayangan yang mendidik umat Islam, sebagai mayoritas pemirsa.

“(PP Muhammadiyah) mengimbau agar pengelola televisi lebih selektif memilih narasumber yang mampu mengarahkan dan menginspirasi umat dalam berbuat sesuatu untuk kehidupan lebih beradab dan produktif,” kata Fathurrahman Kamal dalam pesan singkatnya, Sabtu (14/1).

Termasuk di antaranya, acara-acara yang menyuguhkan konten dakwah. Dia berharap, pengelola televisi lebih melibatkan lembaga-lembaga dakwah arus besar (mainstream), baik di tingkat lokal maupun nasional.

“Menghimbau agar pengelola televisi mempermudah akses kerja sama dengan lembaga dakwah yang kredibel dan berintegritas di tingkat lokal dan nasional,” ujar Ketua Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta itu.

Kritik kalangan pemuka Islam terhadap dunia pertelevisian, cukup mencuat belakangan ini. Menjelang tutup tahun 2016, Dewan Pertimbangan MUI memprakarsai gagasan perlunya kaum Muslim Indonesia membentuk sebuah stasiun televisi berskala nasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement