Sabtu 14 Jan 2017 07:52 WIB

Kisah Partai Kristen dan Masyumi: Persaudaraan Sejati Natsir-Leimena

Mohammad Natsir, setelah Masyumi dibubarkan, mendirikan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII).
Foto:
Sukarno bersama M Natsir seusai pembentukan kabinet.

Dalam tahun 1950-an, Dr. Leimena memperlihatkan segi pribadinya sebagai pemimpin umatnya, dengan tulisannya yang terkenal berjudul: “Kewarganegaraan yang Bertanggungjawab”. Sifatnya educatif dan mudah difahamkan. Sampai sekarang tulisannya tersebut menjadi pegangan bagi para pengikut yang mencintainya.

Ditekankannya dalam kata-kata penutupnya agar umat Kristen, sekalipun jumlahnya minoritas, jangan merasa bahwa mereka warga negara kelas 2 atau kelas 3. Mereka mempunyai hak dan kewajiban seperti warga negara lainnya, sebagai warga negara yang bertanggungjawab.

Ringkasannya, Dr Leimena ingin membrantas rasa inferiority complex (merasa rendah diri) sekalipun umatnya minoritas dalam arti jumlah.

Memang, inferiority complex atau yang sebaliknya yang disebut over compensation, merasakan diri serba-ulung, penutup-nutup kelemahan diri yang sebenarnya, bukanlah adviseur yang baik bagi pribadi atau golongan warga negara yang manapun, yang minoritas ataupun yang mayoritas dari segi jumlah.

Dapat dikatakan bahwa di zaman itu dua partai Kristen, baik Partai Protestan (Partai Kristen Indonesia) ataupun Partai Katolik, sekalipun ke luar dari pemilihan umum sebagai partai-partai kecil, tetap memainkan peranan yang penting.

Dalam praktiknya, siapapun yang memimpin kabinet, kedua partai itu ikut serta, sebagai tradisi yang baik. Partai-partai yang besar ataupun kecil duduk bersama dalam kabinet untuk menjalankan suatu program yang sama-sama sudah disetujui. Masing-masing memandang Indonesia sebagai tanah airnya, dan sama-sama mempunyai kesempatan untuk berkhidmat kepada tanah air. Cinta tanah air tidak dimonopoli oleh pemimpin-pemimpin partai besar atau kecil.

Begitu cara-cara di waktu itu.....

Dan Leimena adalah seorang pemimpin yang memberi contoh sebagai seorang patriot Indonesia terlepas dari perbedaan agama. Ia menghormati pendapat orang lain, di samping kesetiaannya kepada pendapatnya sendiri, dan dalam segala keadaan dapat memelihara kejujuran.

*M Natsir (Mohammad Nastir, 1908-19030) adalah mantan Ketua Umum Partai Islam Masyumi, mantan Perdana Menteri Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pendiri Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia, Mohammad Natsir (1908-1993),

 

**Lukman Hakiem, mantan staf Perdana Menteri M Natsir dan Staf Khusus Wapres Hamzah Haz, mantan Anggota DPR RI.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement