Selasa 10 Jan 2017 18:15 WIB

Yuk, Cerdas Memilih Daging Halal

Daging halal
Foto: guardian
Daging halal

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Daging banyak menjadi pilihan dalam konsumsi sehari-hari. Sebab, daging memenuhi kebutuhan gizi. Bagi Muslim tentu tak akan sembarangan mengonsumsi daging. Ada kehati-hatian dalam memilih daging. Agar apa yang masuk ke dalam perutnya merupakan daging yang statusnya halal.

Tak dengan begitu saja memang mendapatkan daging halal. Butuh kejelian dan usaha untuk mendapatkannya. Namun, paling tidak ada sejumlah cara sederhana memilih daging yang diyakini kehalalannya. Anton Apriyantono dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB mengatakan, salah satunya dengan melihat penempatan produk daging.

Menurut dia, sebaiknya konsumen Muslim memilih daging sapi atau ayam yang letaknya terpisah jauh dari daging yang haram, seperti daging babi. “Namun, kalau ingin merasa lebih aman, tak membeli daging di tempat yang juga menjual daging babi,” katanya di Jakarta, belum lama ini.

Sebab, jelas dia, tak jelas diketahui apakah penanganan atau penyembelihan daging babi di tempat tersebut terpisah atau tidak dengan penyembelihan hewan yang dagingnya halal dikonsumsi. Kasus yang kerap terjadi dan kompleks untuk dideteksi jika ada pencampuran daging sapi dengan daging babi hutan dan dijual sebagai daging sapi.

Bagaimana membedakannya? Bisa melihat acuan harga. Anton mengatakan, biasanya daging campuran ini harganya dibanderol dengan harga miring. Meski diakui, secara fisik tak mudah bagi orang awam mengenali daging campuran ini. Butuh kejelian untuk mampu mengungkapnya.

Dari beberapa temuan, ciri-ciri daging sapi yang dicampur babi hutan di antaranya, daging berwarna lebih pucat, tekstur seratnya lebih halus, lemaknya lebih tebal, dan aroma daging lebih amis. Lain lagi dengan daging sapi gelonggongan yang sapinya dicekoki air berlebihan agar volume daging terlihat besar.

Ciri dagingnya lembek, daya tahannya kurang, dan berwarna merah pucat. Biasanya tidak dijual digantung, tetapi diwadahi di dalam baskom, karena air dari daging gelonggong yang digantung akan menetes dan akan mengurangi berat daging. Saat dimasak, daging gelonggong akan menyusut hingga 50 persen karena banyak airnya.

Dalam hal ini, Direktorat Jenderal Peternakan, Kementerian Pertanian, kata Anton, tak henti-hentinya melakukan sosialisasi ketersediaan daging sapi yang aman, sehat, utuh, dan halal. Selain harus merupakan hasil pemotongan ternak sapi secara halal dan baik, daging tersebut juga memenuhi syarat higienis.

Tantangan juga ditemui konsumen Muslim untuk mengecek kehalalan daging ayam. Ini disebabkan rumah potong ayam itu jumlahnya banyak sekali, dari yang besar sampai kecil dan tersebar di mana-mana. Persoalannya, baru sedikit jumlah rumah potong ayam yang telah mendapatkan sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Jadi, tak ada pihak berwenang yang bisa menjamin kehalalan daging ayam yang dipotongnya.

 

Maka itu, konsumen Muslim seharusnya memilih daging ayam yang dihasilkan oleh rumah potong yang telah mendapatkan sertifikat halal. Bisa saja, jelas Anton, konsumen bersikap lebih kritis dengan bertanya kepada penjual daging ayam dari mana daging ayamnya, siapa yang menyembelihnya, dan bagaimana penyembelihannya.

Pengecekan fisik pada daging pun, sebaiknya tak bosan dilakukan sebelum memutuskan membeli. Jika ada bercak-bercak darah merah kecokelatan yang terkumpul di beberapa bagian daging ayam, sebaiknya tak usah memaksa membeli meski harganya jauh lebih murah.

sumber : Pusat Data Republika/Berbagai Sumber
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement