REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di masa kepemimpinan Shah Jahan, kreativitas seni menemukan momentum, dan puncaknya adalah pembangunan Taj Mahal yang menjadi lambang arsitektur adikarya Dinasti Mughal.
Taj Mahal dibangun Shah Jahan bagi istri kesayangannya, Mumtaz Mahal yang meninggal dunia di usia yang masih cukup muda pada 1631 M. Kabarnya saat Mumtaz Mahal wafat, mata sang raja bengkak karena tak berhenti menangis dan rambutnya memutih dalam beberapa hari karena diliputi kesedihan.
Untuk menenangkan hati raja, para penasihat menyarankan agar membangun mausoleum bagi mendiang istrinya. Shah Jahan setuju. Lalu, dikerahkanlah para arsitek dan seniman terbaik dari berbagai penjuru dunia Islam kala itu untuk membangun Taj Mahal. Setelah 16 tahun dengan mempekerjakan lebih dari 20 ribu orang, Taj Mahal pun selesai dibangun pada 1648 M.
Pemilihan nama bangunan sendiri tak kalah mengesankan, Taj Mahal, yang berarti Istana Mahkota. Nama ini mencerminkan kehebatan arsitektur bangunan ini yang didedikasikan untuk sang permaisuri, Mumtaz.
Sejumlah ahli arsitektur menarik garis merah antara Taj Mahal dan mausoleum Humayun yang dibangun Raja Akbar bagi mendiang ayahnya, Sayid Muhammed. Mereka mengatakan, Taj Mahal merupakan pengembangan dari mausoleum Humayun. Hal ini karena banyak kesamaan elemen arsitektur pada dua mausoleum ini.
Kesamaan pertama, kedua bangunan memiliki lantai yang lebih tinggi dari permukaan tanah sebagai analog singgasan. Kompleks bangunan dilengkapi empat taman simetris dengan dua kanal air berair mancur yang sisi-sisinya ditanami pohon. Kanal-kanal air ini berpusat pada sebuah kolam persegi di tengah taman. Empat taman di sisi kanal-kanal air ditanami tumbuhan berbunga yang akan membentuk hamparan bunga saat musimnya.
Penataan geometris ini tidak diragukan terpengaruh gaya Persia, seperti yang banyak ditemukan pada taman-taman Dinasti Safawiyah. Namun, berbeda dengan bangunan sebelumnya yang menempatkan bangunan di tengah taman, Taj Mahal sengaja dibangun megah di sisi utara dan menghadap ke Sungai Jumna sehingga tercipta efek visual marmer berkilau.
Secara keseluruhan, karakter Taj Mahal menunjukkan integrasi elemen arsitektur Islam Asia. Taj Mahal menghadirkan Iran dengan bangunan oktagonal, iwan, dan pistaq. Sedangkan, aura India antara lain tampak pada kubah yang menggelembung, dan pengaruh Asia Tengah terlihat pada empat menara silindrisnya.
Di sisi dekorasi, Taj Mahal menampilkan tiga elemen dekoratif utama dunia Islam, yakni kaligrafi, geometri, dan hiasan berbentul floral. Pilihan dekorasi ini menjadi simbol kedamaian, cinta, dan surga.
Taj Mahal tak berdiri sendiri. Di bagian barat terdapat masjid dan di timur terhampar ruang tamu. Masjid berbentuk rektangular itu memiliki tiga kubah dengan empat menara.
Elemen terakhir dari kompleks Taj Mahal adalah gerbang. Palang gerbang terbuat dari batu-batu merah dan terletak di selatan kompleks. Begitu gerbang dibuka, pengunjung bisa langsung menatap hamparan taman.