Jumat 30 Dec 2016 16:49 WIB
Nadya Nakhoir Atlet Beladiri Berjilbab Asal Malang

Lebih Baik Mundur daripada Lepas Jilbab

Rep: Christiyaningsih/ Red: Agus Yulianto
Atlet tenis kursi roda ganda putri Jabar Laely Yuntari  tetap mengenakan jilbab saat bertanding. (Ilustrasi)
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Atlet tenis kursi roda ganda putri Jabar Laely Yuntari tetap mengenakan jilbab saat bertanding. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Sepekan yang lalu publik sempat dihebohkan dengan kejadian yang menimpa atlet karate berjilbab dalam kejuaraan Magetan Cup. Seorang peserta bernama Auliya dikabarkan mengundurkan diri karena menolak mengganti jilbabnya. Terlepas dari kontroversi yang berkembang, menggunakan jilbab bukan berarti tak bisa berprestasi di bidang bela diri.

Hal tersebut ditunjukkan oleh seorang atlet bela diri berjilbab asal Malang bernama Nadya Nakhoir. Sejak duduk di bangku SMP hingga kini berusia 22 tahun, ia menekuni berbagai jenis bela diri. "Pertama kali saya mempelajari silat selanjutnya belajar yang lain yaitu wushu, muay Thai, dan tinju," katanya saat berbincang dengan Republika baru-baru ini.

Hampir sepuluh tahun menjadi atlet bela diri, selama itu pula, ia konsisten mempertahankan jilbabnya. Model jilbab yang ia kenakan menutup kepala hingga leher. Untuk menyiasati kostum berlengan pendek, ia menggunakan kaos dalam (manset) agar auratnya tetap tertutup.

Nadya membuktikan, bahwa jilbab hanya menghalangi pandangan kaum adam dari auratnya, namun tak menghalangi dirinya meraih prestasi. Prestasi terbaru yang disabetnya antara lain meraih medali perunggu dalam PON XVII di Jawa Barat dalam cabang olah raga muay Thai. Prestasi itu diikuti dengan debutnya mengikuti pertandingan tinju dunia di Timor Leste.

Sehari-hari, Nadya rutin berlatih tinju di sasana D'Kross dan muay Thai di sasana Keris Samudra. "Wushu saya tidak punya sasana karena di bawah asuhan langsung tim Porprov Kabupaten Malang," ujarnya.

Meski demikian, dia sempat mendapat tentangan tatkala ikut serta dalam pertandingan tinju dengan mengenakan jilbab. Padahal, selama berkecimpung di silat, wushu, dan muay Thai tidak pernah ada masalah jika memakai jilbab dalam pertandingan. "Mungkin karena belum pernah ada sebelumnya petinju berjilbab jadi masih menimbulkan kontroversi," ungkap mahasiswi Universitas Negeri Malang ini.

Menurutnya, penggunaan jilbab dalam pertandingan tinju yang masuk kategori amatir masih diizinkan. Persoalan baru muncul ketika atlet akan masuk ke level profesional. "Promotor keberatan jika petinju wanita memakai jilbab," imbuh Nadya.

Nadya bertekad akan terus konsisten mempertahankan jilbabnya. Tetapi, jika memang penggunaan jilbab dilarang ketika naik ke ring profesional, maka ia memilih untuk mundur dari tinju. "Bagi saya memakai jilbab saat bertanding sama sekali tidak merepotkan jadi daripada diminta melepas jilbab lebih baik saya mundur," tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement