Jumat 23 Dec 2016 08:14 WIB

Rayuan Pulau Kelapa dan Klinik Apung Said Tuhuleley di Kepulauan Timur Indonesia

Maket klinik apung
Foto:
Benteng Belgica di Kepulauan Banda Neira, Maluku Tengah.

Tapi ya itu, di balik keindahan alam tersimpan pemandangan yang memilukan. Betapa penduduk yang tinggal di pulau-pulau terpencil yang ada di kawasan itu masih hidup sengsara. Meski sudah hampir seabad merdeka kampung mereka di malam hari gelap gulita karena tak ada listrik. Sinyal telepon selular megap-megap. Yang paling sedih lagi mereka kebanyakan masih dihinggapi kesulitan mndapatkan air bersih.

Memang di kepulauan itu banyak sekali terjadi keajaiban. Di tengah kehidupan yang serba sederhana, mereka tetap setia dan mencintai negeri ini. Kisah-kisah kepahlawanan begitu terpatri di sana. Tak ada rasa sesal mereka menjadi ‘Indonesia’ meski secara nyata perhatian kekuasaan negara masih jauh dari apa yang bisa disebut ‘layanan manusiawi’.

Bagi Muhammadiyah, rantaian kepulauan yang bisa disebut sebagai untaian ratna mutu manikam, juga menyimpan kazanah tentang keberadaan masyarakat Muslim yang sudah eksis sebelum para penyebar  Kristen Eropa menyinggahi kepulauan itu pada abad 14-15 M.

Para penyebar injil dari Portugis  misalnya, pun terkejut ketika dahulu pertama kali turun dari kapalnya. Mereka terkaget-kaget  setelah mendapati kenyataan betapa di tengah para penduduk pribumi yang ada di kepulauan itu para ‘kaje’ (haji) sudah hidup bersama rakyat di tempat itu. Selain dari buku, kisah seperti ini ternyata saya sempat dapati ketika berbincang dengan seorang ‘tetua adat’ di sebuah kepulauan yang berada di arah tenggara pulau Maluku atau sebelah utara pulau Nusa Tenggara: kepulauan Alor.

‘’Adik tak terbayangkan bila agama Islam yang tersebar di kepulauan ini lebih dulu ada sebelum datangnya para  petualangan Eropa itu. Islam yang tersebar di sini sumbernya adalah dari pesantren yang ada di kawasan pantai utara  Jawa, yakni di Gresik. Jadi kami sudah berhubungan dengan intens dengan Jawa sejak zaman Majapahit, ’’ kata tetua adat itu.

Maka, bila di kepulauan itu tersebar cerita tentang sosok Olei Lang yang diajak naik kapal dagang oleh para pedagang Muslim untuk belajar Islam di Gresik, bukanlah sebuah hal yang mengagetkan. Di Negarakretagama yang ditulis Empu Prapanca juga ditulis betapa wilayah kepulauan ini sudah berhubungan dengan 'Imperium Jawa', yakni Majapahit.

Yang lebih menajubkan lagi, di di tengah rumah penduduk dan di antara rimbun jejeran pohon kelapa, sosok Alquran kuno yang ditulis tangan tersimpan di rumah-rumah para tetua adat. Sampai kini Alquran kulit kayu itu masih terbaca meski mulai terancam kerusakan sehingga harus dilestarikan. Kitab suci kaum Muslim ini dijadikan sebagai barang pusaka yang harus diwariskan dan dijaga keberadaanya secara turun temurun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement