Kamis 22 Dec 2016 05:12 WIB

BKMT Teruskan Perjuangan

Rep: wahyu suryana/ Red: Damanhuri Zuhri
Ketua umum Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Pusat Syifa Fauzia (keempat kanan) pada Muktamar luar biasa Badan Kontak Majelis Taklim tahun 2016 di Aula Komplek Yatim As-Syafi'iyah, Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat, Kamis (21/10).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Ketua umum Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Pusat Syifa Fauzia (keempat kanan) pada Muktamar luar biasa Badan Kontak Majelis Taklim tahun 2016 di Aula Komplek Yatim As-Syafi'iyah, Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat, Kamis (21/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Diawali pertemuan majelis-majelis taklim se-Jabodetabek, tanpa terasa perjuangan Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) telah berusia 35 tahun. Kini, BKMT telah memiliki cabang di 32 provinsi, serta hadir lebih dari 400 kabupaten seluruh Indonesia.

Nama almarhumah Prof Dr Tuty Alawiyah AS memang akan selalu melekat jika membicarakan Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT), dengan perannya meningkatkan peran wanita Muslimah di Indonesia. Saat ini, di bawah kepemimpinan sang putri, Syifa Fauzia, BKMT tengah meneruskan tonggak perjuangan yang telah dibangun, terutama bagi wanita Muslimah Indonesia.

Berdiri pada 1 Januari 1981, BKMT berdiri atas prakarsa As Syafi'iyah yang mengundang pengurus majelis-majelis taklim se-Jabodetabek untuk bersama-sama bermusyawarah. Tidak tanggung-tanggung, musyawarah yang dihelat di Pesantren As Syafi'iyah itu dihadiri lebih dari 1.500 jamaah majelis taklim, yang berasal dari 798 majelis taklim se-Jabodetabek.

Pengaruh sosok besar Tuty Alawiyah AS begitu terasa bagi perjalanan dan kemajuan BKMT, yang berhasil mengepakkan sayap-sayap dakwahnya di hampir seluruh daerah di Indonesia. Ia merupakan penerima gelar Doktor Honoris Causa bidang dakwah Islam IAIN Syarif Hidayatullah, dan gelar Professor dari Federation Al Munawarah Berlin di Jerman.

Selain di bidang dakwah Islam, Tuty Alawiyah AS pernah mengemban amanah sebagai Menteri Negara Peranan Wanita, yang malah sukses dijalani selama dua periode kepemimpinan. Jabatan itu diemban selama masa pemerintahan Presiden Soeharto, dan terus diemban sekalipun pemerintahan berganti atau di masa pemerintahan Presiden BJ Habibie.

Sepeninggal Tuty Alawiyah AS, BKMT segera berbenah demi membentuk kepengurusan yang baru. Muktamar Luar Biasa (MLB) BKMT pun digelar 21 Oktober 2016, yang digelar di Aula Komplek Yatim As Syari'iyah di Jatiwaringin, Pondok Gede, Jakarta. MLB dihadiri seluruh pengurus pusat dan tingkat provinsi BKMT dan sidang dipimpin Hj, Sa'adah.

Dari Muktamar Luar Biasa itulah, secara aklamasi peserta sepakat dalam mufakat untuk memilih calon tunggal Ketua Umum BMKT Pusat, yaitu Syifa Fauzia. Dalam sambutannya kala itu, Syifa mengungkapkan keinginannya memutakhirkan data base dan penyuluhan kepada BKMT setiap daerah, tentu dengan tujuan memberdayakan perekonomian ibu-ibu majelis taklim.

Syifa menerangkan, saat ini keanggotaan BKMT bisa dibilang sudah mencapai jutaan orang di seluruh Indonesia, tapi belum masuk pendataan yang memang tengah digalakkan kepengurusan yang baru. Tapi, jika dilihat dari kantong-kantong besar saja, seperti di Sumatra Barat, tiap pengajian BKMT bisa diikuti 60-70 ribu orang, dengan per kabupaten mencapai 45 ribu orang.

"Nah, selama ini BKMT sudah besar tapi masih jamaah majelis taklim saja, belum terdata, itu yang ingin kita data dan kita perbarui data base yang ada," kata Syifa kepada Republika, Rabu (21/12).

Syifa Fauziah sendiri merupakan lulusan Film and TV Curtin University Western Australia, dan menamatkan S2 di Public Communication and Public Relation University London di Inggris. Sebelum memimpin BKMT, ia sudah terlebih dulu membuat komunitas Muslimah yang cukup populer beberapa tahun belakangan, sebagai Ketua Hijabers Community.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement