REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sosok Mario Rossi merupakan arsitek non-Muslim yang merancang masjid ini. Rossi berkebangsaan Italia, tapi banyak berkecimpung di Timur Tengah, terutama Mesir.
Ia merancang masjid ini dengan dukungan Pemerintah Mesir dan berbagai yayasan filantropis, sehingga mencapai tujuan untuk membangun rumah ibadah yang representatif bagi warga Muslim AS.
(Baca: Masjid Islamic Center Washington DC Simbol Persatuan Muslim Amerika)
Karena itu, menurut Dr Omar, wajar apabila arsitektur bangunan ini memadukan gaya khas Timur Tengah dengan tidak meninggalkan corak Amerika. Pendekatan ini banyak digunakan arsitek Muslim maupun non-Muslim. Bagi mayoritas mereka, imitasi gaya berarti 'menangkap cita rasa' dari peninggalan masa lalu dan yang akrab, mencampurkan yang lama dengan yang baru, kata Dr Omar.
Lantaran itu, nuansa nostalgia tampak bagi komunitas Muslim Washington DC. Dalam kata-kata arsitek non-Muslim William Preston, nuansa ini diikat oleh stabilitas dan sisi kemanusiaan yang terwujud dalam arsitektur pramodern Barat. Tugas sang arsitek adalah mendatangkan kembali masa lalu, soal-soal yang kita akrab. Tujuannya, agar para jamaah masjid merasa seperti di kampung halaman sendiri, kata William Preston.