Ahad 11 Dec 2016 07:31 WIB

Tiga Pendapat Soal Kapan dan Siapa di Balik Peringatan Maulid

Rep: Marniati/ Red: Nasih Nasrullah
 Jamaah mengikuti peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1437 H di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (24/12). (Republika/Agung Supriyanto)
Jamaah mengikuti peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1437 H di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (24/12). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID,  Maulid Nabi adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW. Perayaan ini jatuh pada 12 Rabiul Awal dalam sistem kalender Hijriyah. Maulid sendiri berasal dari kata Arab, yang berarti kelahiran. Beberapa negara Muslim memiliki istilah sendiri untuk menyebut perayaan ini. 

Di Arab perayaan maulid Nabi dikenal dengan Eid al-Maulid an-Nabawi. Kaum Urdu menggunakan istilah Milad an-Nabi. Sedangkan di daerah Melayu Maulid Nabi juga dikenal dengan Maulidur Rasul. 

Perayaan maulid Nabi SAW dalam sejarah Islam sudah berlangsung lama, sejak ribuan tahun yang lalu. Menurut AM Waskito dalam Pro dan Kontra Maulid Nabi, setidaknya ada tiga teori tentang asal usul mula perayaan Maulid Nabi.

Pertama, perayaan Maulid pertama kali diadakan oleh kalangan Dinasti Ubaid (Fathimi) di Mesir yang berhaluan Syiah Islamiliyah (Rafidhah). Mereka berkuasa di Mesir 362-567 Hijriyah atau sekitar abad ke-4 hingga ke-6 Hijriyah. 

 

Mula-mula dirayakan di era kepemimpinan Abu Tamim yang bergelar al-Mu’iz li Dinillah. Perayaan maulid  oleh Dinasti Ubaid hanya salah satu bentuk perayaan saja. Selain itu mereka juga mengadakan perayaan hari Asyura, perayaan Maulid Ali, Maulid Hasan, Maulid Husain, Maulid Fathimah dan lainnya.

Kedua, perayaan Maulid di kalangan Ahlus Sunnah wal Jamaah (Aswaja) pertama kali diadakan oleh Sultan Abu Said Muzhaffar Kukabri, gubernur Irbil di wilayah Irak. Beliau hidup pada 549-630 H.

Diceritakan saat perayaan Maulid diadakan, Muzhaffar Kukabri mengundang para ulama, ahli tasawuf, ahli ilmu dan seluruh rakyatnya. Mereka menjamu mereka dengan hidangan makanan, memberikan hadiah, bersedekah kepada fakir miskin dan lainnya.

Ketiga, perayaan Maulid pertama kali diadakan oleh Sultan Shalahuddin al-Ayyubi (567- 622 H), penguasa Dinasti Ayyubiyah.

Tujuan beliau untuk meningkatkan semangat jihad kaum Muslimin dalam rangka menghadapi  perang Salib melawan kaum Salibis dari Eropa dan merebut Yerussalem dari tangan kerajaan Salibis.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement