REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kota di Spanyol ini memiliki tempat tersendiri di kalangan umat Muslim. Apakah karena kiprah pesepak bola andal asal Mali, Fredreric Kanoute, yang beragama Islam di klub lokal, Sevilla? Lebih dari itu. Sevilla pernah menjadi salah satu kota ilmu yang masyhur ketika kaum Muslim berkuasa di Andalusia berabad-abad silam.
Peradaban Islam sangat memperhatikan perkembangan aspek keilmuan. Tak terkecuali di Sevilla. Gairah intelek tual mewarnai gerak kehidupan masyarakat setempat sehingga melahirkan tokoh serta karya-karya luar biasa yang berkontribusi bagi kemajuan khazanah ilmu pengetahuan Islam.
Sejarawan sains Philip K Hitti dalam bukunya History of the Arabs mengatakan, reputasi Sevilla tidak kalah mentereng dengan kota-kota ilmu lainnya di Andalusia, semisal Cordoba, Granada, Valencia, Toledo, dan Malaga. Perpustakaan besar, sebagai ciri khas sebuah kota pusat intelektualitas, juga terdapat di kota tersebut.
Demikian pula sarana pendidikan, antara lain madrasah dan universitas, melengkapi jajaran fasilitas ilmu. Tak he ran, Sevilla menjadi magnet bagi kaum cendekia dan in te lektual dari berbagai wilayah untuk berkiprah. Mereka memperluas wawasan ilmu dalam tingkatan yang paripurna. Beberapa tokoh penting tampil dari kota mengagumkan ini. Di antaranya seorang matematikus terkemuka. Namanya Ibnu al- Yasamin al-Ishbilli.
Ia dikenal luas dari karya yang bertajuk Al- Urjuza al-Yasminiya fil Jabr wal Muqabala, atau Puisi tentang Aljabar dan Perbaikan. Al-Ishbilli yang wafat pada 1209 ini berasal dari Afrika Utara. Tapi, pendidikan diperolehnya di Sevilla. Ilmuwan besar Ibnu Qasim al-Shalubin tercatat sebagai salah satu mentornya. Darinya, al-Ishbilli menimba ilmu aljabar.