Selasa 06 Dec 2016 12:56 WIB

Penggunaan Transliterasi Baca Alquran Cenderung Meningkat

  Ustaz Achmad Farid Hasan Pengajar membaca Alquran metode 30 menit
Foto: Republika/Maman Sudiaman
Ustaz Achmad Farid Hasan Pengajar membaca Alquran metode 30 menit

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penggunaan transliterasi dalam membaca Alquran di Indonesia, cenderung meningkat. Meski banyak bermunculan metode baca cepat Alquran di era digital, ternyata transliterasi mushaf Alquran masih dibutuhkan.

Hal ini disampaikan Pgs Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran (LPMQ) Balitbang Diklat Kemenag RI Muchlis M Hanafi saat membuka Seminar Hasil Penelitian Penggunaan Transliterasi dalam Membaca Alquran yang diselenggarakan oleh LPMQ di Menara 165 Convention Center, Jakarta, Senin (5/12).

Menurutnya, pada 2011, ada 11 tanda tashih penerbit yang mencetak mushaf Alquran lengkap dengan transliterasi. Angka ini meningkat hingga pada  2016 ada 16 tanda tahsis. "Hal ini menunjukan bahwa penggunaan transliterasi dalam membaca Alquran masih dibutuhkan," ujar Muchlis.

Meski banyak bermunculan metode baca cepat Aluran di era digital, ternyata transliterasi mushaf Alquran masih dibutuhkan. Akan hal ini, Kementerian Agama diharapkan dapat terus memfalisitasi keberadaan mushaf Alquran yang dilengkapi transliterasi.

Namun demikian, kata Muchlis, diperlukan rumusan argumen tentang ini. "Perlu ada kajian yang lebih akademis terkait boleh tidaknya penggunaan transliterasi, selain argumen keagamaan, lalu hasil penelitian digunakan untuk menguatkan transliterasi," kata Muchlis.

Seminar ini merupakan puncak perjalanan panjang terhadap penggalian informasi tentang transliterasi dari lapangan. Hasilnya sangat bermakna, karena akan mengkonfirmasi tentang temuan ulama selama ini terkait penggunaan transliterasi. Banyak ulama mengharamkan transliterasi, umumnya negara Arab, termasuk juga Malaysia. Muchlis berharap, hasil penelitian ini, dapat menjadi dasar penguat argumen kebolehan penggunaan transliterasi di Indonesia.

Koordinator peneliti Ali Akbar menyampaikan, LPMQ pada tahun ini sudah melakukan dua penelitian. Pertama, pembelajaran Alquran bagi tuna netra (sudah diseminarkan bulan lalu). Kedua, penggunaan transliterasi dalam membaca Alquran. "Penelitian ini dilakukan di 12 Provinsi dan ingin melihat mengapa transliterasi masih dibutuhkan di tengah masyarakat," kata Ali Akbar.

Seminar hasil penelitian ini diikuti 80 peserta yang terdiri dari perwakilan pengasuh pondok pesantren, perguruan tinggi, IIQ Jakarta, serta peneliti serta ASN LPMQ.

sumber : kemenag.go.id
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement