Selasa 29 Nov 2016 21:55 WIB

Geliat Pembangunan di Bawah Sang Pembebas

Masjid Fatih Cami
Foto: doaks.org
Masjid Fatih Cami

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam sejarah Islam, nama Sultan Mehmet II harum sebagai pahlawan pembebas. Ihwal jatuhnya ibu kota Kekaisaran Byzantium itu pada 1453 M ke tangan Islam sebenarnya sudah diramalkan dalam beberapa hadis Nabi SAW.

John Hoag dalam Islamic Architecture (1975), menjelaskan, sesudah penaklukkan tersebut, Istanbul yang porak poranda tidak langsung menjadi pusat pemerintahan Sultan Mehmet II. (Baca: Masjid Fatih Cami, Jejak Puncak Spiritual Ustmaniyah)

Sebagai informasi, dalam kekuasaan Kekaisaran Byzantium, Konstantinopel merupakan kota yang dikelilingi tembok kokoh. Baru di masa Kesultanan Ottoman, kota ini dibenahi menjadi kota terbuka melalui desain arsitek Sinan.

Manuskrip yang ditulis Matraki (1537 M) untuk Sultan Suleyman Agung menggambarkan dengan cukup detil transformasi Konstantinopel sejak diperintah Sultan Mehmet II.

(Baca Juga: Masjid Resmi Kesultanan Ustmaniyah)

Tidak hanya pembangunan Masjid Fatih Cemi. Eski Saray (Istana Tua), misalnya, juga disebutkan dalam manuskrip tersebut. Istana yang berlokasi di tanah berkeliling pagar itu mulai dibenahi atas perintah  Sultan Mehmet II pada 1454.

Kemudian, pada musim dingin 1464, konstruksi Yeni Saray (Istana Baru) selesai dan menjadi tempat tinggal Sultan Mehmet II. Istana Baru berdekatan dengan Hagia Sophia dan berbatasan dengan Bab-i-Humayun (Jembatan Kerajaan).

Manuskrip Matraki juga memerinci kebijakan pertahanan Sultan Mehmet II. Al-Fatih memerintahkan pendirian lima menara di sekitar Jembatan Emas Byzantium. Kompleks itu kelak bernama Yedi Kule (Tujuh Menara).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement