Sabtu 26 Nov 2016 16:43 WIB

Ahok, Skisma Akar Rumput dan Elite: Retakan Umat di Jalan Tengah

Sejumlah orang makan bersama ala pesanten saat peringatan Hari Santri 2016 di Magetan, Jawa Timur, Sabtu (22/10). Ribuan santri mengikuti istighatsah dan apel dilanjutkan makan bersama beralaskan daun pisang untuk memperingati hari santri.
Foto:
Masjid Kauman Yogyakarta tahun 1880. Di Kampung inilah cikal bakal tumbuhnya Persyariakatan Muhammadiyah.

Nah, apa yang memicu perubahan sentimen di akar rumput belakangan? Ini tentu butuh kajian ilmiah dengan data yang lebih akurat. Tapi menurut Pak Mul, ini bukan soal Ahok semata. Kader di akar rumput tak sedikit yang tak jenak bahwa NU belakangan terkesan dijadikan kekuatan penghantam suara-suara yang bertentangan dengan pemerintah.

“Padahal NU harusnya tetap pada prinsip sebagai penengah, bukan asal hujat kanan-kiri,” kata dia.

Saya menuturkan ini, hanya sebagian saja sebagai upaya mengomentari NU. Yang ingin saya lakukan, mencoba menjelaskan anatomi terkini Islam politik di Indonesia. Pasalnya, terlalu banyak yang salah paham soal konteks ini.

Seorang kawan wartawan saya dari Singapura, misalnya, menuliskan di the Strait Times bahwa makin kuatnya pengaruh Salafi-Wahabisme, ikut memicu aksi unjuk rasa meminta pemidanaan Basuki Tjahaja Purnama, beberapa pekan lalu.

Padahal, sepemahaman saya, sedikit saja pengikut aliran tersebut yang ikut serta. Kita sudah mafhum bahwa untuk menjaga kelanggengan kerajaan Dinasti Saud yang rapuh itu, aksi unjuk rasa melawan pemerintah adalah hal yang ditabukan betul oleh ulama-ulama Arab Saudi kontemporer.

Sebagian pengamat di media asing juga mencoba merayu NU sebagai institusi dan saudaranya dalam moderasi Islam Indonesia, Muhammadiyah, untuk turun tangan menghambat apa yang mereka nilai sebagai gelombang ‘anti-kebinekaan’. Buat yang mengerti konteksnya, seruan ini jadi pelik karena yang marah-marah tak sedikit juga dari Nahdliyin dan kader Muhammadiyah.

Yang melaporkan Basuki Tjahaja Purnama atas dugaan penistaan agama ke Polda Metro Jaya pada Oktober lalu yang kemudian membuatnya jadi tersangka bahkan dari Pemuda Muhammadiyah. Amin Rais yang jadi salah satu suara utama dalam Aksi 411 juga tak kurang Muhammadiyah-nya.

Artinya, barangkali yang terjadi belakangan tak hanya soal NU dan Muhammadiyah di satu sisi dan kelompok yang dianggap garis keras di sisi lain. Ia juga adalah bibit-bibit skisma antara akar rumput dan elite ormas-ormas Islam tradisional di Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement