REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada era digital saat ini, silaturahim tidak hanya dijalin melalui komunikasi tatap muka. Sebagian besar masyarakat telah memanfaatkan ragam varian media sosial untuk saling berinteraksi satu sama lain.
Kendati demikian, tak jarang pula media sosial digunakan seseorang untuk mengumbar kebencian atau kemarahan terhadap individu atau kelompok tertentu. Hal tersebut biasa dilakukan dengan menulis dan mengunggah pernyataan bernada hinaan, cacian, umpatan, dan lainnya. Efeknya, silaturahim menjadi rusak dan tercerai.
Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Cholil Nafis mengungkapkan, Rasulullah SAW juga pernah mengungkapkan sebuah sabda. "Beliau bersabda, seorang Mukmin lebih baik berkata yang baik atau diam," kutip Cholil. Menurut dia, hal tersebut menunjukkan bahwa umat harus mampu menjaga lisan dan ucapannya dalam proses silaturahim.
"Sekiranya ucapan kita baik, ya disampaikan. Kalau (ucapannya) buruk, ya lebih baik diam saja menahan diri," kata Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) itu kepada Republika, beberapa waktu lalu.
Meski perkembangan teknologi memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara virtual, Kiai Cholil menegaskan hukum dan etika silaturahim itu tetap berlaku. Menurut dia, para pengguna media sosial harus tetap menjaga kata-kata yang ditulis. Jangan sampai memuat pernyataan yang menyakiti orang lain.
Oleh sebab itu, dia mengimbau agar umat lebih bijak dalam memanfaatkan sarana media sosial. "Jadikan media sosial ini sebagai sarana untuk bersilaturahim. Karena itu, kata-kata di grup Whatsapp, Facebook, Twitter, dan lainnya, benar-benar dijaga agar pertemanan dan silaturahim kita tidak diputus," ujarnya.
Dia menjelaskan, wajib hukumnya bagi seorang Muslim untuk menjalin dan menjaga silaturahim. Menjaga silaturahim bisa membuat rezeki seseorang bertambah dan panjang umur. Rasulullah SAW juga menyarankan agar umat dapat menjalin dan menjaga silaturahim. "Intinya jangan sampai memutus silaturahim satu sama lain," ujar dia.