Jumat 25 Nov 2016 15:13 WIB

PDIP Sesalkan Gus Mus Di-Bully di Medsos

Sekjen Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Sekjen Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PDI Perjuangan sangat menyesalkan tindakan yang tidak berkeadaban dengan mem-bully bahkan menghujat tokoh karismatik KH Mustofa Bisri atau dikenal Gus Mus. Bagi PDI Perjuangan, Gus Mus menjadi sosok pemimpin kultural keagamaan yang mampu menciptakan keteduhan.

"Senyum Beliau sungguh menyejukkan dengan tatapan mata penuh kelembutan yang mampu meredamkan gejolak amarah sekalipun. Hujatan kepada Beliau sebagaimana dilakukan oleh saudara Pandu Wijaya, yang notabene adalah karyawan BUMN tersebut, sangatlah tidak bisa diterima," ujar Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto kepada pers, di Jakarta, Jumat (25/11).

Oleh karena itu, PDI Perjuangan mengajak semua pihak untuk menggunakan media sosial dengan penuh tanggung jawab. "Medsos harus menjadi instrumen membangun peradaban yang saling menghormati, mewartakan kebenaran, dan menyuarakan suara rakyat dengan sejujur-jujurnya. Jangan gunakan medsos untuk alat penghujat," ujar Hasto.

Ditambahkannya, PDI Perjuangan sangat menghormati kiai karismatik, seperti sosok Gus Mus. Seluruh gerak keagamaan dan kebudayaan Gus Mus menjadi oase kehidupan yang menentramkan ditengah berbagai bentuk cacian dan hujatan yang kini kian marak.

Karena itu, PDI Perjuangan mengajak semua pihak untuk mengembalikan watak kultural bangsa Indonesia yang rukun, harmoni, dan penuh tenggang rasa. "Seluruh anggota dan kader PDI Perjuangan diminta untuk mengedepankan dialog, dan menciptakan suasana kesejukan, dengan berguru pada keteladanan sosok pemimpin yang bersahaja seperti Gus Mus," ujarnya.

Melalui akun jejaring sosial Twitter, seorang netizen bernama Pandu Wijaya menghina KH Mustofa Bisri atau Gus Mus. Akibat perbuatannya itu, netizen pemilik akun @panduwijaya_ itu langsung dikecam banyak orang, khususnya warga NU (Nahdlatul Ulama).

Mereka menganggap, cuitan Pandu Wijaya tersebut sangat tidak sopan dan jauh dari adab, mengingat bahwa Gus Mus yang merupakan sosok pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin, Rembang tersebut adalah sosok yang sangat dihormati banyak orang karena ilmu dan kharismanya.

Penghinaan terhadap Gus Mus tersebut bermula ketika Gus Mus melalui akun Twitter berkomentar soal shalat Jumat di ibu kota yang rencananya akan digelar di jalan raya. Dalam cuitannya itu yang dibuat pada Rabu (23/11) tersebut, Gus Mus melalui akun @gusmusgusmu mengatakan, di antaranya: "Aku dengar kabar di ibu kota akan ada Jumat-an di jalan raya. Mudah2an tidak benar". "Kalau benar, wah dalam sejarah Islam sejak zaman Rasulullah SAW baru kali ini ada BID'AH sedemikian besar. Dunia Islam pasti heran."

Saat Gus Mus menyampaikan cuitan nomor 2?tersebut, akun @panduwijaya_ menimpali @gusmusgusmu Dulu gk ada aspal gus di padang pasir, wahyu pertama tentang shalat jumat jga saat Rasulullah hijarh ke madinah. Bid'ah Ndasmu!. Kata-kata kasar tersebut langsung mendapat respons banyak pengguna Twitter lainnya. Mereka mengecam keras karena di dalamnya terdapat kata-kata kasar.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement