Rabu 23 Nov 2016 09:09 WIB

'Penderitaan Muslim Rohingya, Harus Jadi Perhatian Utama'

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Damanhuri Zuhri
 Muslim Rohingya menangis setelah ditangkap oleh Penjaga Perbatasan Bangladesh di perbatasan Cox Bazar, Bangladesh, (21/11).
Foto: Reuters/Mohammad Ponir Hossain
Muslim Rohingya menangis setelah ditangkap oleh Penjaga Perbatasan Bangladesh di perbatasan Cox Bazar, Bangladesh, (21/11).

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Kepala Direktorat Urusan Agama Turki, Mehmet Gormez, meminta penderitaan yang dialamai Muslim Rohingya mendapat perhatian utama. Ia tidak ingin warga Rohingya jadi bayangan penderitaan Muslim lain, seperti yang terjadi di Suriah.

Gormez merasa, selama ini perhatian dunia seakan tertutup asap yang masih terus terjadi di Allepo, dan membuat penderitaan warga Rohingya menjadi tidak terlihat. Seperti api kemarahan yang tersulut di banyak negara-negara Islam, umat Islam saat ini cuma bisa melihat kebulan asap yang ada di Suriah saja.

"Tapi mereka mengabaikan Rohingya di mana ada penderitaan besar, karena kelalaian ini Myanmar seakan meningkatkan tekanan kepada Muslim," kata Gormez seperti dilansir Daily Sabar, Selasa (22/11).

Ia menerangkan, apa yang terjadi di Myanmar dan menimpa warga Rohingya merupakan tugas dari seluruh dunia, untuk bisa mengakhiri penindasan yang terus terjadi. Gormez mendesak Organisasi Kerjasama Islam (OKI), untuk terus berusaha untuk membantu penyelesaian dengan dijadikan masalah utama.

OKI sendiri sejak berdiri pada 1969, sudah memiliki setidaknya 57 negara anggota dan seharusnya menjadi organisasi internasional yang memiliki kekuatan, terutama melindungi kepentingan dunia Islam. Hal itu harus dilakukan dengan semangat mempromosikan perdamaian dan harmonisasi dunia.

Turki setidaknya telah memberikan bantuan kemanusiaan kepada 16.000 warga Rohingya di Rakhine, dengan 11.000 hewan kurban yang diberikan selama Idul Adha. Sayangnya, bantuan itu terakhir dilakukan pada Idul Fitri dan Idul Adha lalu, karena warga Rohingya masih membutuhkan bantuan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement