Selasa 22 Nov 2016 19:00 WIB

Senegal Jaga Wajah Islam Toleran

Muslim Senegal
Foto: AP
Muslim Senegal

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam agama yang dianut mayoritas (sekitar 95 persen) penduduk Senegal, yang berjumlah sekitar 11 juta jiwa. Adapun selebihnya adalah pemeluk Kristen Katolik, sebanyak lima persen serta penganut animisme (satu persen).

Perkembangan agama Islam di negara bekas jajahan Prancis ini, tak bisa dilepaskan dari pengaruh aliran tarekat sufi. Ada dua aliran tarekat yang paling berpengaruh, yakni Tarekat Tijaniyya dan Tarekat Muridiyya.

Aliran Tijaniyya punya basis pengikut di Kota Tivaouane dan Kaolack, sementara aliran Muridiyya berkembang pesat di Kota Toubba. Sejak lama, tarekat sufi ini telah memainkan peranan signifikan dalam kehidupan sosial keagamaan serta perjuangan melawan kaum kolonial.

Didirikan tahun 1886 oleh Syekh Ahmed Bamba dan semula merupakan cabang Tarekat Qadiriyya, aliran Muridiyya menjadi yang paling awal menancapkan pengaruhnya. Dalam waktu singkat, aliran ini sanggup menarik banyak pengikut, dan menjadi simbol perlawanan terhadap penjajah.

Pada akhir abad ke-19, pengikut aliran sufi itu berjuang melawan Prancis serta Inggris. Akan tetapi, perlawanan berhenti ketika para pemimpinnya, antara lain Malick Sy dan Syekh Ahmed Bamba, memutuskan untuk berunding dengan Prancis dan diberikan imbalan hak kebebasan beragama.

Kemudian, Syekh Bamba diberikan izin untuk mengembangkan aktivitas di kawasan Peuls. Sejak itulah, aliran sufi tersebut terus meluaskan pengaruh dan kian dikenal oleh masyarakat Senegal serta Afrika Barat.

Banyak warga yang menjadikan tarekat ini sebagai pembimbing mereka dalam menyelesaikan masalah sehari-hari, semisal usai kehilangan pekerjaan atau tertimpa musibah. Syekh Bamba pun kerap mengingatkan pengikutnya untuk giat bekerja demi meningkatkan taraf kehidupan. Dia juga memberikan dorongan moral bagi yang terkena musibah.

Sedangkan aliran Tijaniyya berasal dari Afrika Utara dan telah berkembang pesat hingga Afrika Barat, khususnya Senegal, Mauritania, dan Mali. Pascakemerdekaan tahun 1962, aliran Tijaniyya punya basis di Touba, yang bisa dibilang negara dalam negara.

Mengapa demikian?

Tak lain karena wilayah ini tak memiliki gubernur serta administrasi pemerintahan. Kepemimpinan dipegang langsung oleh imam besar aliran tarekat sufi itu.

Tapi, secara keseluruhan, Senegal dipegang oleh pemerintahan yang sekuler, kendati mayoritas penduduknya beragama Islam. Peraturan perundangan menaungi semua golongan dan agama sehingga tercipta toleransi antaragama.

Sudah menjadi tradisi, misalnya, saat umat Islam merayakan hari besar agama, mereka mengundang tetangganya yang non-Muslim. Begitu pula, ketika umat Muslim dihina dengan gambar kartun Nabi Muhammad SAW oleh media Barat, umat non-Muslim di sana banyak yang turut mengecam tindakan itu

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement