Senin 21 Nov 2016 18:00 WIB

Maroko Cetak Ilmuwan Muslim Terbaik

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agung Sasongko
Koubba Ba'adiyn di Kota Marrakesh, Maroko, merupakan salah satu peninggalan Dinasti Al-Murabitun.
Foto: static.travel.usnews.com
Koubba Ba'adiyn di Kota Marrakesh, Maroko, merupakan salah satu peninggalan Dinasti Al-Murabitun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menikmati zaman kegemilangan, Maroko menghasilkan sejumlah ilmuwan penting yang berperan dalam perkembangan sains seperti Al-Marakushi dan Ibnu al-Banna. Abdul Wahid al-Marakushi lahir di Marrakesh pada 1185 dan belajar di Fes sebelum merantau ke Spanyol setelah 1208.

Pada 1217, Al-Marakushi pergi ke Mesir dan menetap di sana. Pada 1224 Al-Marakushi menyelesaikan naskah sejarah Dinasti Almohad, Kitab almujib fitalkhis akhbar ahl al-Maghrib. (Baca: Peran Maroko dalam Kejayaan Peradaban Islam)

Adikarya Al-Marakushi adalah Jami al- Mabadi wal- ghayat yang diselesaikan pada 1229-1230. Buku ini berisi kompilasi praktis instrumen astronomi dan trigonometri. Al- Marakhushi diketahui akrab mendalami karya-karya al-Khwarizmi, al-Farghani, al- Battani, Abu-l Wafa, al-Biruni, Ibnu Sina, al- Zarqali, dan Jabir Ibnu Aflah.

Sementara, Ibnu al-Banna yang juga di kenal sebagai Abu'l-Abbas Ahmad ibnu Mu hammad ibnu Uthman al-Azdi lahir pada 1256 di Marrakesh, meski ada pula yang menyebut al-Banna lahir di Spanyol dan pergi ke Afrika Utara untuk belajar.

Ibnu al- Banna mengajar di Fes. Ia ahli matematika dan terbilang produktif menulis. Ia melahirkan lebih dari 100 judul buku, 32 di antaranya mengenai matematika dan as tro nomi, sisanya bicara berbagai topik seperti linguistik, tata bahasa, dan logika.

Karena pemahaman dan ilmunya yang luas, Ibnu al-Banna sering dijuluki ensiklo pe dia berjalan. Karena keilmuan itu pula ia sangat dihormati. Karya Ibnu al-Banna yang berjudul Tanbih al-ahbab, merupakan buku yang aplikatif bagi kehidupan sehari-hari karena berisi penjelasan perhitungan irigasi dan pengukuran.

Selain matematika, Maroko juga mengha silkan ilmuwan di bidang lain seperti geografi. Salah satu pakar di bidang ini adalah Al-Idrisi yang lahir di Ceuta, Maroko, pada 1099 atau 1100 dan wafat pada 1166. Meski wafat di Ceu ta, al-Idrisi menghabiskan masa produk tif nya di Palermo.

Pada usia 16 tahun, al-Idrisi sudah men jelajah Asia Kecil, Maroko, Spanyol, sebagian Prancis, dan Inggris. Tulisannya tentang Eropa begitu hidup dan akurat. Al-Idrisi bisa di bilang merupakan yang pertama mence tuskan geografi matematis. Ia menciptakan sistem proyeksi silindris permukaan bumi yang beberapa abad kemudian pada 1569 diklaim oleh Flemish Gerard Mercator.

Di Palermo, al-Idrisi berada di bawah naungan Raja Roger III dan menulis al-Kitab al-Rujari (Buku Roger). Buku ini dinilai buku yang detail menjelaskan kondisi abad perte ngahan. Buku ini memakan waktu 15 tahun da lam proses penulisannya.

Al-Idrisi kemudian menulis Nuzhat al- Mushtaq fi Ikhtiraq al-Afaaq yang merupa kan ensiklopedia geografi yang lebih luas dari buku yang ia buat sebelumnya.

Penjelajah Muslim yang akrab di telinga banyak orang saat ini adalah Ibnu Batuta. Ibnu Batuta lahir di Tangier pada 24 Februari 1304 dan wafat pada 1368. Ia meninggalkan Tangier pada 1325 saat usianya 21 tahun untuk pergi haji dan kembali ke Fes, Maroko hampir seperempat abad kemudian pada 1349. Namun, tak lama kemudian, ia kembali pergi ke Spanyol lalu mengunjungi Mali Ma dinka dan singgah di Timbuktu serta Gao.

Ia lalu kembali ke Maroko pada 1354. Ia mendedikasikan catatan perjalanannya bagi Ibnu Juzayy, seorang alim di Kerajaan Sultan Innan di Fes. Karya mahsyur Ibnu Batuta, Rihla, berisi catatan perjalanannya saat pergi ke India. Melalui jalur laut, ia menceritakan pula perjalanannya ke Cina, Jawa, dan Ma ladewa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement