Senin 21 Nov 2016 12:06 WIB

MUI Minta Pemerintah Benar-Benar Aktif Selesaikan Tragedi di Myanmar

Rep: wahyu suryana/ Red: Damanhuri Zuhri
Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Majelis Ulama Indonesia (MUI) Muhyiddin Junaidi
Foto: foto : Wisnu Aji Prasetyo
Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Majelis Ulama Indonesia (MUI) Muhyiddin Junaidi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tragedi kemanusiaan yang menimpa Muslim Rohingya seakan dibiarkan terus terjadi. Maka itu, pemerintah Indonesia diminta ikut berperan aktif mewujudkan perdamaian, bukan sekadar memberi kecaman verbal.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Kerjasama dan Hubungan Luar Negeri, Muhyiddin Junaidi, meminta pemerintah Indonesia bisa benar-benar melakukan peran aktif membantu selesaikan tragedi kemanusiaan yang terjadi di Myanmar.

Ia berpendapat, pemerintah Indonesia sudah tidak bisa lagi cuma memberi tekanan atau kecaman bersifat verbal semata. "Harus ada tekanan lebih kuat, Indonesia yang merupakan founding father ASEAN harus lekukan tekanan nyata," kata Muhyiddin kepada Republika, Senin (21/11).

Ia menerangkan, selama ini tekanan yang cuma berupa ucapan tampaknya kurang dihargai, dan harus bisa dilakukan lewat aspek lain yang lebih nyata seperti politik, ekonomi dan sosial serta budaya. Namun, Muhyiddin melihat ada kendala yang menghadang seperti Protokol Asean yang sudah menekankan, kalau permasalahan dalam negeri tidak bisa dicampuri.

Jadi, lanjut Muhyiddin, suara-suara anti-kekerasan yang ada selama ini akan bertolak belakang atau berbenturan dengan Protokol Asean tersebut, yang memang belum jelas sejauh mana  batasannya sedangkan yang terjadi sudah keterlaluan. Selain itu, kunjungan Jusuf Kalla beberapa tahun lalu mengungkapkan bantuan yang ada cuma sampai ibu kota.

Muhyiddin mengaku tidak merasa heran apabila banyak kelompok yang meminta Nobel Perdamaian kepada Aung San Su Kyi ditarik kembali, karena tidak mau mewujudkan perdamaian di negaranya sendiri.

Karenanya, ia berharap ada yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk itu, sekaligus pencegahan agar masyarakat di Indonesia tidak terpancing. "Jangan sampai orang terprovokasi unutk melakukan pembalasan," ujar Muhyiddin.

Ia menambahkan, orang-orang Indonesia memang sudah cukup dewasa melihat tragedi kemanusiaan yang terjadi, tapi mungkin akan berbeda reaksinya jika mengingat hubungan persaudaraan agama.

Menurut Muhyiddin, langkah aktif mewujudkan perdamaian memang sudah mendesak untuk segera dilakukan, demi menghindari orang-orang yang nekat melakukan kekerasan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement