Rabu 16 Nov 2016 17:30 WIB

Masalah Identitas dan Sejarah Budaya Muslim Guyana

Masjid di Guyana
Foto: muslimpopulation.com
Masjid di Guyana

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memasuki abad modern, perkembangan Islam di Guyana mengalami perkembangan pesat. Meski diawali dengan perbedaan pemikiran antara generasi tua dan muda.

(Baca: Sejarah Islam Masuk ke Guyana)

Sejak awal kedatangannya, mereka mendirikan dua pemukiman yang berbeda. Itu semua berlatar belakang sejarah dan tradisi mereka. Generasi muda cenderung ingin mempertahankan warisan Indo-Iranian bergaya Timur Tengah-an. Sementara generasi tuanya berupaya sekuat tenaga melestarikan warisan budaya leluhur mereka yang dianggap kelompok muda sebagai ritual Hindu.

Akibatnya, banyak terdapat kebingungan di antara Muslim Guyana dan Trinidad di era modern. Bahkan tak jarang semua ini berujung pada konflik di antara sesama Muslim. Ini terjadi akibat perbedaan keyakinan terhadap apa yang menjadi warisan leluhur mereka.

Generasi muda Muslim Guyana menganggap semua ritual tradisional mereka sebagai sesuatu yang tidak Islami. Padahal semua ritual ini dianggap generasi tua sebagai identitas diri mereka dan kampung halaman mereka.

Apa yang dianut generasi muda Guyana ini dipengaruhi oleh negara-negara di kawasan Arab yang menerapkan Islam lebih keras. Sebelum tahun 60an, mubaligh Muslim yang mengunjungi Guyana hampir semuanya berasal dari India. Namun setelah kemerdekaaan mereka tahun 1966 mulailah mereka bersentuhan dengan kebudayaan Arab. Sehingga banyak generasi mudanya yang kemudian belajar ke Saudi Arabia, Mesir, dan Libya.

Sekembali dari menuntut ilmu di awal tahun 70-an, mereka yang kembali dari kawasan Arab ini berusaha untuk merekonstruksi sejarah mereka. Mereka menyusun kembali sejarah budaya mereka dengan mendefinisikan ulang semuanya. Upaya ini dilakukan sebagai bentuk mereka pembedaan Muslim Asia Selatan dari komunitas Hindu, sekaligus sebagai identitas pribadi.

Salah satu pembedanya adalah penggunaan bahasa Urdu. Bahasa ini membedakan kelompok Muslim dan Hindu Asia Selatan karena bahasa ini dipengaruh naskah dan kosakata bahasa Persia di dalamnya. Selain bahasa Arab, bahasa urdu yang merupakan bahasa resmi Pakistan ini menjadi salah satu bahasa yang banyak digunakan Muslim Guyana.

Bahasa Urdu digunakan berbarengan dengan bahasa Arab dalam ritual keagamaan. Ahmad Khan salah seorang pengurus masjid jami Queenstown menyatakan bahasa Urdu adalah bahasa ibu bagi sebagian besar Muslim Guyana. Penggunaan bahasa inipun semakin populer, utamanya dikalangan orang Indo-Guyanese yang menonton film dan menikmati musik dari kawasan Bollwood.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement