Ahad 13 Nov 2016 13:12 WIB

Blusukan ke Sulselbar, Menag Jelaskan Relasi Agama dan Negara di Indonesia

Menag Lukman Hakim Saefudin
Foto: Republika/Yulia Ningsih
Menag Lukman Hakim Saefudin

REPUBLIKA.CO.ID, MAJENEN -- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (LHS), selama dua hari, melakukan perjalanan dinas ke Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Menempuh perjalanan darat tak kurang 700 km, Menag singgah ke beberapa tempat untuk bertemu dengan ribuan tokoh masyarakat.

Di setiap kesempatan, Lukman menjelaskan, tentang relasi agama dan negara dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Menurut dia, bahwa Indonesia bukan negara agama dan bukan pula negara sekuler yang memisahkan agama dan negara.

"Indonesia adalah negara kesatuan, di mana agama dan negara laksana dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan, saling membutuhkan, serta saling menjaga dan menguatkan," tegas Lukman.

Lokasi pertama yang didatangi Menag adalah STAIN Parepare. Kedatangan Menag disambut antusias Masyarakat Parepare, utamanya civitas akademika STAIN Parepare. LHS menjadi Menag kedua setelah Alamsyah Ratu Perwiranegara yang berkunjung ke perguruan tinggi Islam ini.

Di hadapan civitas akademika STAIN, tokoh agama dan tokoh masyarakat, serta jajaran Pemprov dan Pemda setempat, Lukman mengingatkan, tantangan infiltrasi budaya asing yang bisa mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa di tengah arus perkembangan teknologi informasi. Persebaran informasi di sosial media yang begitu cepat, kata dia, harus disikapi dengan arif dan bijak agar terhindar dari fitnah dan adu domba.

Menag berharap, STAIN Parepare dapat mempersiapkan mahasiswa dan generasi bangsa yang tidak tercerabut dari akar tradisi dan nilai kearifan lokal yang diwariskan pendahulu. Menurutnya, masyarakat Bugis kaya akan nilai filosofis, salah satunya pepatah "Malebbi Warekkadanna Makkiade Ampena", yang berarti santun dalam berbicara, sopan dalam berperilaku. Nilai semacam ini, lanjut Menag, bisa dipakai STAIN Parepare untuk menyaring berbagai budaya yang masuk, mencoba mengambil sisi positif dari dampak globalisasi yang tak terbendung.

Dari Parepare, Menag melanjutkan blusukannya ke Majene, Sulawesi Barat. Sabtu (12/11) ekitar Pukul 08.00 WITA, bersama Gubernur Sulbar Anwar Adnan Saleh, Bupati Majene dan Dirjen Pendis, Menag yang hendak meresmikan pendirian STAIN Majene, diarak menuju Masjid Agung Ilaikal Masir, Majene dengan mengendarai Kuda Sayyang Pattukdu. Kuda yang dilatih khusus ini bisa berjalan sambil berjoged, menganggukkan kepala dan menggoyang badannya, mengikuti irama.

Di hadapan ribuan masyarakat Majene yang memadati Masjid Agung, Menag kembali menegaskan tentang pentingnya nilai tradisi dan budaya dalam menjaga kesatuan bangsa. STAIN Majene, katadia, harus menggabungkan kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional dan kecerdasan kultaral.

Ini penting, karena tantang zaman di era global semakin berat, dan kompleks. "Saya titip ke STAIN, agar mampu merawat kearifan lokal Sulbar yang sangat kaya, untuk memperkokoh keindonesiaan kita. Kita bisa meniru Jepang, yang meski maju, namun masih menjaga dan memelihara tradisinya dengan baik," tegasnya.

sumber : kemenag.go.id
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement