Ahad 13 Nov 2016 08:25 WIB

Pakar AS: Barat, Soal Demokrasi, Contohlah Umat Islam Indonesia

Indonesianis asal AS, Robert W Hefner
Foto:

Apa faktor penyebab populisme exclusive dalam istilah Anda? 

Kita sebutkan tadi sebetulnya populisme exclusive adalah dorongan atau motivasi menanggap orang lain adalah ancaman dan penyebab kerugian tertentu. Ini penyebabnya tidak hanya murni agama saya rasa.

Sangat rumit. Bisa karena motif ekonomi karena melihat imigran yang berdatangan, bisa juga sosial, dan tak kalah penting adalah motif politik.

Kita tahu bersama bagaimana seorang Donald Trump memainkan isu islomofibia, imigran, dan sentimen etnis untuk mendukung kepentingam politiknya.

    

Sejauh ini, apakah Anda melihat pluralitas tersebut potensi benturan antarperadaban? 

Saya sepakat dengan Cak Nur (Nurcholis Madjid, red). Bahwa sebenarnya tidak ada yang perlu diresahkan dengan perbedaan peradaban itu. Jika dihayati dan disikapi secara bijak, masing-masing akan saling melengkapi.

Saya teringat dan tergelitik dengan peryataan Prof Dawam Rahardjo saat berkunjung ke Boston University. Dia mengatakan bahwa, Islam adalah agama Barat. Pernyataan itu dia sampaikan dengan gayanya yang khas dengan sedikit nada dan selingan humor.  

 

Bagaimana dengan dialog antarperadaban? 

Saya rasa tidak perlu mendialogkan antarperadaban dalam bentuk yang legal formal. Biarkan semua mengalir apa adanya. Selama abad ketiga Hijriyah atau 800-1500 M, telah terjadi terjadi transformasi keilmuan yang sangat sginifikan.

Kemajuan tersebut menegasikan batas barat dan timur. Kemajuan Islam pun berada dalam puncaknya baik ketika di Baghdad atau di Damaskus.

Bagaimanapun sesungguhnya kita sudah melakukan pembauran lama. Richard W Bulliet, guru besar Colombia University, pernah menulis tentang persinggungan Islam, Kristen, dan filsafat Yunani selama lebih dari 1200 tahun.

Sejarah juga mencatat, bagaimana Kesultanan Ottoman sendiri kalau dilihat mereka lebih mengklaim bahwa mereka pemimpin orang Eropa selama kekuasaan mereka di Balkan dan sejumlah wilayah Eropa.

Jadi, ‘dialog’ peradaban itu telah berjalan selama berabad-abad.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement