REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA -- Ada pengaruh positif yang ditimbulkan dari berjabat tangan (musafahah) antara yang dilakukan dua orang atau lebih. Karena, dengan berjabatan tangan akan membawa suasana hati menjadi lebih tenang dan senang. Kondisi inilah yang kemudian diterapkan di Kementerian Agama Kabupaten Majalengka yang terus melakukan perubahan-perubahan dalam berbagai bidang, tidak terkecuali perubahan dalam hal sikap dan perilaku sehari-hari.
Ada beberapa kebiasaan baru yang menegaskan bahwa Kemenag Kabupaten Majalengka sudah berubah, di antaranya kebiasaan berjabat tangan atau musafahah setelah apel pagi, sebagimana terlihat pasca-apel pagi, Senin (31/10). Kebiasaan ini digagas oleh Kepala Kemenag Kabupaten Majalengka, Cece Hidayat diawal kepemimpinannya.
Cece bahkan pernah menegur kepada ASN yang tidak melakukan musafahah pasca-apel. Dia ingin membangun kekuatan dan kekompakan Kemenag Majalengka mulai dari hal yang kecil, seperti kebiasaan membaca asmaul husna dan kebiasaan musafahah ini.
Teknisnya, setelah prosesi apel pagi semua pejabat berjejer, kemudian semua peserta apel secara tertib melakukan musafahah. Musafahah dilakukan antar pejabat dengan karyawan, karyawan dengan sesama dan pejabat dengan pejabat. "Sungguh luar biasa dampak dari adanya prosesi musafahah ini, semuanya tampak akur dan harmonis," ujar Cece.
Namun, kata dia, musafahah ini tentunya dengan niat yang positif, tulus dan ikhlas, tidak ada motif tertentu yang tidak dibenarkan. Saling berjabat tangan dan bertatap muka akan menambah keakraban, kekeluargaan dan menumbuhkan keharmonisan. "Inilah modal yang luar biasa bagi peningkatan kinerja di lingkungan Kemenag Kabupaten Majalengka," ungkapnya.
Ya, sentuhan (berjabat tangan) merupakan hal yang sehat dan menenangkan. Semua orang membutuhkannya, walaupun hal itu dapat menjadi masalah yang peka bagi sementara orang. Pengaruh positif yang ditimbulkan oleh sentuhan terhadap sistem syaraf bukan ditimbulkan oleh kuwantitas, melainkan oleh kuwalitas dan frekwensi sentuhan.