Rabu 26 Oct 2016 08:23 WIB

Manuver Ahok, Bara Konflik SARA, dan Ancaman Negara Gagal

 Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (kanan) bersama Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat (tengah) menerima roti buaya yang diberikan oleh sejumlah relawan Ahok-Djarot di Balai Kota, Jakarta, Senin (29/8).
Foto:

Memang, ucapan Ahok itu tak sepenuhnya bisa disalahkan. Namun untuk sekelas pemimpin, perkataan yang gegabah malah bisa menimbulkan bibit masalah. Ini terbukti pada ucapan-ucapan Ahok berikutnya.

Ahok pernah menyinggung soal penggunaan jilbab di sekolah. Bahkan seperti dikutip dari Kompas.com edisi 4 Juni 2016, Ahok mengatakan lebih baik serbet di rumahnya dibanding jilbab berukuran besar.

"(Jilbab) yang dipakainya yang kayak serbet. Malah mungkin lebih bagus serbet di dapur saya. Begitu keluar dari sekolah naik motor bapaknya, langsung dibuka," kata Ahok.

Masih banyak lagi perkataan Ahok yang menyinggung isu agama, seperti isu pemotongan hewan kurban. Namun puncak dari semua itu adalah ucapan Ahok yang menyinggung surah al-Maidah Ayat 51. Rentetan tindakan Ahok ini ibarat menyulut api kemarahan sebagian besar kelompok Islam.

Sejatinya, rentetan dugaan penistaan agama ini menjadi sebuah rangkaian yang berbeda dengan Pemilukada. Perkataan Ahok pun dinilai tak hanya menjadi isu warga DKI, melainkan isu seluruh Indonesia.

Tak pelak, hal ini membawa implikasi gugatan hukum di seluruh wilayah hukum. Memang tak dipungkiri, mereka yang marah ini secara politis umumnya bukan pemilih Ahok dalam Pemilukada DKI. Namun aksi menolak Ahok kini sudah jauh melenceng dari sekadar persoalan kontestasi politik.

Sebab, warga di Nangroe Aceh Darussalam saja sudah ikut bergerak. Mereka menuntut Jakarta segera menyelesaikan proses hukum terhadap sang gubernur. Jika tidak, mereka menuntut Ahok diadili secara hukum Aceh. Sebab Ahok dinilai telah mencederai syariat Islam yang menjadi hukum di daerah itu.

Tak pelak polarisasi makin kental. Dari isu politis menjadi isu yang jauh lebih besar menyangkut kepercayaan serta toleransi berbangsa dan bernegara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement