Senin 24 Oct 2016 16:18 WIB

Alisya Kreasikan Batik Islami untuk Muslimah

Pemilik Isyawin, Alisya Fianne
Foto: Dok Pribadi
Pemilik Isyawin, Alisya Fianne

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Debut perdana Isyawin dalam pagelaran busana Muslimah di Internasional Islamic Fair, Ahad (22/10) mendapat apresiasi tinggi. Ke depan, Isyawin coba memperkenalkan karyanya hingga luar negeri.

Ada delapan 8 koleksi yang dipertunjukan. Setiap desain menampilkan busana batik khas nusantara dengan model gamis. Hijab yang digunakan pun disesuaikan dengan syariat yakni menutupi dada. Pemilihan warna juga menjadi kelebihan desain sehingga menghilangkan kesan kolot batik juga gamis.

Misalnya, pada salah satu desainnya, Alisya memilih warna merah dengan bahan dasar batik Bengkulu. Kemudian dipermanis dengan hijab warna hitam. Kesan modern dan angun begitu terlihat. (Baca: Alisya Rintis Busana Dakwah)

Pemilik Iswayin, Alisya Fianne mengatakan, setiap busana Isyawin terinspirasi dari keinginan Muslimah tampil syari, modern, dan khas Indonesia. Salah satunya adalah batik. "Saya melihat batik perlu kita lestarikan. Padahal batik juga disenangi wisatawan Barat dan Timur Tengah. Jadi, menarik ketika coba saya gabungkan antaran syariat dan nilai-nilai indonesia," kata dia kepada republika.co.id, Senin (24/10).

Dalam mengemas karyanya, Alisya yang juga Presiden Direktur Alisya Nurulbaqi Tour And Travel ini, mengakui memiliki tantangan tersendiri. Semisal, ada keinginan memasukan elemen lafaz Allah dalam batik.

"Yang muncul pertanyaan kan, apakah batik itu nantinya ketika tidak dipakai jangan dijadikan lap atau apakah boleh batik ini masuk kamar mandi. Tentu saya meminta pendapat ulama soal ini agar tetap menjaga kaidah agama," katanya.

"Dan inilah yang menginspirasi saya mengangkat batik nusantara syari abaya untuk Indonesia menghadapi MAE jadi pasar bebas bukan bebas berkarya tnp ada aturan juga tetapi juga dakwah."

Untuk itu pula, Alisya yang juga Wakil Ketua Paguyuban Mualaf Masjid Agung Sunda Kelapa ini berencana melakukan studi banding soal batik Syari ke sejumlah desainer seperti Malaysia, Brunei, Jordania, LOndon, dan Swedia. "Saya ingin saling mengenal syariat tentang budaya dan juga pendidikan dan pariwisata tentunya tidak ketinggalan, InsyaAllah," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement