Jumat 21 Oct 2016 10:39 WIB

KH Aqil: Tidak Mungkin Ada 10 November tanpa 22 Oktober

Pimpinan Ponpes Khas Kempek, Cirebon, KH Musthofa Aqil Siraj saat pembukaan Muktamar I Asbihu NU.
Foto: ROL/Agung Sasongko
Pimpinan Ponpes Khas Kempek, Cirebon, KH Musthofa Aqil Siraj saat pembukaan Muktamar I Asbihu NU.

REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA -- Pengajian Akbar yang digagas Kementerian Agama Kabupaten Majalengka, belum lama ini, begitu semarak dengan hadirnya Rois Syuriah PBNU, KH M Musthofa Aqil Siraj. Ia merupakan ulama besar yang mengerti betul terkait kiprah, peran, dan sumbangsih santri terhadap bumi pertiwi tercinta ini.

Maka, tak mengherankan, jika ia begitu gamblang menjelaskan bagaimana santri berjuang melawan kolonialisme dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Sebut saja perlawanan Pangeran Dipenogoro, RA Kartini, KH Zaenal Musthofa, KH Abdul Halim, dan Ki Bagus Rangin. Menurutnya, itu merupakan salah satu bagian kecil dari perjuangan dan kiprah santri.

KH Aqil pun menegaskan bahwa founding father negara ini didominasi oleh santri dan kiai. "Satu hal yang perlu dicatat, tidak akan ada 10 November tanpa 22 oktober," katanya. Ini artinya, semangat juang para pahlawan pada tanggal 10 November muncul setelah dikeluarkannya resolusi jihad pada tanggal 22 oktober 1945 oleh Kiai Hasyim Asyari pendiri NU.

Resolusi Jihad yang lahir melalui musyawarah ratusan kiai dari berbagai daerah tersebut merespons agresi Belanda kedua. Resolusi itu memuat tiga hal, pertama seruan bahwa setiap Muslim wajib memerangi penjajah. Kedua, Para pejuang yang gugur dalam peperangan melawan penjajah dianggap mati syahid. Ketiga, mereka yang membela penjajah patut dihukum mati.

Kemudian, Tokoh NU tersebut menjelaskan, NU yang lahir tahun 1926 NU telah menorehkan sejarah dengan lahirnya hari santri dan Islam nusantara. "Dua hal ini disorot oleh media di seantero dunia khususnya Afrika dan Amerika," katanya.

Lalu bagaimana kronologis lahirnya hari santri? Terkait ini, pengasuh Pontren Khas Kempek ini menjelaskan, adanya hari santri nasional merupakan jawaban Jokowi atas janjinya saat kampanye 2014. Namun, ketika itu, Jokowi mengusulkan tanggal 1 Muharam sebagai Hari Santri Nasional.

Keinginan Jokowi tersebut disambut gembira oleh kaum santri, meskipun ada pro kontra. Namun, terkait tanggal yang tepat untuk ditetapkan hari santri, ketua PBNU memberikan masukan. Ia meminta, agar hari santri ditetapkan pada tanggal 22 oktober saat lahirnya resolusi jihad yang digelorakan oleh kaum santri dan kiai.

KH Aqil menjelaskan, lahirnya hari santri bukan berarti santri tidak ikhlas dalam berjuang. Namun, ini dibuat agar semua kalangan tahu bahwa santri itu ada dan memiliki peran yang luar biasa. Santri memiliki jiwa patriotisme yang tinggi, namun santri masih termarjinalkan sampai saat ini. Ironis, setelah bangsa menang santri dilupakan.

Menurutnya pemerintah masih kurang perhatian terhadap santri, kiai, dan pesantren. Padahal, mereka berperan luar biasa. Namun adanya hari santri ini setidaknya perhatian pemerintah sudah mulai nampak dan semoga menjadi lebih baik.

Terakhir, Kiai kharismatik ini berpesan dan meminta kepada Kemenag agar senantiasa menjaga kiai, pesntren, santri dan lembaga keagamaan. "Saya titipkan mereka kepada Kemenag agar dijaga dengan baik," tandasnya.

sumber : kemenag.go.id
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement