REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembangunan Islamic Center Washington DC, Amerika Serikat dilakukan secara bertahap. Peletakan batu pertama dilaksanakan pada 11 Januari 1994.
Situs Pemerintah AS menyebut, dana pembangunan masjid berasal dari berbagai kalangan, seperti Komunitas Muslim Amerika, negara-negara Islam, termasuk Afghanistan, Mesir, Indonesia, Irak, Iran, Suriah, Turki, Pakistan, dan Arab Saudi. Selain dana, beberapa negara juga memberi sumbangan dalam bentuk barang. Mesir, misalnya, menyumbang lampu gantung besar yang sangat indah.
(Baca: Gagasan Awal Pembangunan Islamic Center Washington)
Negeri Seribu Menara ini juga mendatangkan para seniman kaligrafi Alquran yang meng hias keseluruhan dinding dan kubah masjid. Sementara, Iran menyumbang karpet rajut nan elok, Malaysia menyumbang kubah, Maroko me ngirim kaca jendela, Turki menyumbang keramik lantai dan dinding, dan Irak menyumbang kaca kuning.
Pekerjaan fisik pembangunan mulai berlangsung pada 12 Januari 1949. Di tengah proses pembangunan, muncul perdebatan sengit seputar penentuan arah kiblat. Berlangsung hingga pertengahan 1957, perdebatan diakhiri melalui keputusan seorang ahli yang menyatakan kiblat menghadap timur laut.
Dan, enam tahun setelah dibangun, tepatnya 28 Juni 1957, Masjid Islamic Center Washington DC diresmikan. Presiden AS Eisenhower turut hadir dan memberikan sambutan dalam peresmian tersebut. Inilah masjid pertama dan tertua di ibu kota AS itu. Kini Pemerintah AS melindungi bangunan ini dengan memasukkannya ke dalam daftar bangunan-bangunan bersejarah di AS.
Untuk desain arsitekturnya, sejumlah arsitek dari Mesir mengambil bagian penting. Selain mereka, ada pula keterlibatan seorang arsitek Italia, Prof Mario Rossi. Sumbangan sang profesor terlihat dari sejumlah ornamen indah di Islamic Center ini. Konon, ornamen-ornamen itu terinsipirasi dari kemegahan masjid-masjid kuno di Kairo. Menangani arsitektur masjid rupanya menghadirkan hidayah buat Prof Rossi. Akhirnya, ia pun menjadi Muslim dan berganti nama menjadi Muhammad Mahdi.
Denah Masjid Islamic Center ini berbentuk huruf T, terdiri atas ruang shalat utama berbentuk segi empat, dua sayap kembar di kepala huruf T yang langsung menghadap ke jalan raya. Sayap timur untuk ruangruang administrasi, kantor, dan beberapa kelas di lantai bawah dan atas. Sayap barat untuk perpustakaan. Meski perpustakaan ini hanya satu lantai, tetapi dibuat tinggi.
Bentuk dan posisinya juga sama dengan sayap timur yang terdiri atas dua lantai. Dengan begitu, kedua sayap simetris mengapit gerbang masuk utama yang terletak pada perpotongan badan dan kepala huruf T. Pada ujung masing-masing sayap terdapat pintu masuk langsung tanpa melalui gerbang utama di tengah.
“Setelah melalui gerbang, terlihat adanya aspek arsitektur Timur Tengah berupa sahn atau halaman dalam yang dikelilingi arcade yang identik dengan iwan,” tulis Yulianto Sumalyo dalam bukunya Arsitektur Mesjid dan Monumen Sejarah Muslim. Dalam bangunan masjid, iwan adalah ruang beratap atau berkubah yang terbuka pada salah satu pinggirnya.
Dari sahn menuju ruang shalat utama, jamaah bisa melalui pintu di ujung kiri atau kanan. Kedua pintu ini mengapit menara kembar di bagian tengah yang menjadi salah satu keistimewaan masjid ini. Menara ini menjulang setinggi 48,76 meter dari permukaan jalan. Bagian bawah menara berdenah bujur sangkar. Sedangkan, bentuk dan dekorasi, lanjut Yulianto, mirip de ngan masjid-masjid kuno di Mesir dan Afrika Utara. Hal ini dimung kinkan karena desain arsitektur masjid ini dibuat oleh arsitek Mesir.
Bagian atas menara berbentuk silindris. Pada puncaknya dihias dengan konstruksi berbentuk seperti gangsing berujung runcing. Dekorasi semacam ini juga sangat umum digunakan pada masjid-masjid kuno di Mesir dan Afrika Utara.