Selasa 11 Oct 2016 10:05 WIB

Umar Mahdi, Embah Wali, Taat Pribadi, dan Nestapa Kegilaan Sosial

Foto:
Ponari dan batu yang dianggap bertuah.

Pada masa yang lebih mutakhir, pada tahun 2009, muncul anak 'ajaib' bernama Ponari dari dari Dusun Kedungsari, Desa Balungsari, Kecamatan Megaluh, Jombang, Jawa Timur. Dia dipercaya bisa menyembuhkan segala macam penyakit dengan cara meminum rendaman air batu sakti yang menjadi miliknya.

Ribuan orang saat itu berdatangan menyesaki kampungnya yang sehari-harinya sepi itu. Untuk menunggu giliran bertemu, banyak warga yang kemudian menginap di sekitar rumahnya. Ponari tentu saja tiba-tiba berubah jadi anak yang kaya raya. Rumahnya yang dulu kecil dan berlantai tanah kini telah berubah rumah besar berlantai keramik.

Namun, tak berapa lama kemashuran Ponari pun memudar. Meski masih mematok tarif kunjungan Rp 20 ribu per orang, sekarang sudah jarang orang atau pasien yang meminta datang untuk meminta tolong agar disembuhkan dari penyakitnya. Ponari kini jadi anak biasa serta harus bersekolah demi mengejer cita-citanya menjadi polisi.

Yang terkini adalah munculnya sosok 'Raja Nusantara' dari Probolinggo,  Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Sosoknya yang sebenarnya pemalu ini tiba-tiba berkibar-kibar karena kemampuannya mengadakan uang secara gaib setara dengan para aulia atau wali. Orang-orang terpesona akan kemampuannya yang tiba-tiba terkesan bisa menggandakan uang, tak hanya mata urang rupiah dan dollar AS, mata uang asing lain --bahkan sampai negara-negara di Afrika-- juga dia klaim bisa digandakan. Taat juga mengkliam bisa mengubah loyang (kuningan) menjadi emas. Taat layaknya  Raja Midas dari Yunani di mana apa pun yang disentuhnya bisa berubah menjadi emas.

Tapi sayangnya, Taat kemudian dicokok polisi karena muncul laporan dugaan penipuan dari pengikutnya yang mengaku sudah menyetor miliaran rupiah. Publik pun geger karena ternyata yang merasa tertipu tak hanya satu orang dan cakupan kasusnya malah meluas ke berbagai daerah. Tak hanya itu, Taat kini terbelit kasus dugaan pembunuhan. Para pengelola yayasannya pun kini menjadi kejaran aparat polisi.

Segala soal mengenai klaim orang suci, Ratu Adil, penerawang masa depan, dukun segala penyakit inilah yang disebut sebagai 'kutukan manusia moderen'. Sebab, seilmiah apa pun, sebenarnya masih tetap menyisakan misteri. Apalagi akal memang tak mampu menjawab semua soal.

Akhirnya, bila dicermati dalam konteks sejarah munculnya fenomena ini, maka dapat menjadi penanda hadirnya keresahan sosial yang akut. Hidup semakin susah, ekonomi tak kunjung membaik, penggusuran terus merebak. Nestapa dan air mata muncul di mana-mana.

Maka rakyat yang 'putus asa' merindukan datangnya sosok pemimpin suci layaknya seorang Ratu Adil, Eru Cakra, Raja Tanjung Putih, Sang Mesias, Mananarmakeri (Ratu Adil dari Biak, Papua).

Amenangi zaman edan

ewuh aya ing pambudi

melu edan ora tahan....

(Menyaksikan zaman edan

tidaklah mudah untuk dimengert

ikut edan tak sampai hati...)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement