REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Surya Chandra Sutrapaty, mengatakan pernikahan yang dilakukan sebelum usia 21 tahun rentan menyebabkan perceraian. Secara fisik dan mental remaja di bawah umur belum siap untuk menikah.
"Memang benar pernikahan usia dini menjadi salah satu penyebab perceraian. Kami selalu menekankan bahwa menikah harus terencana, bukan karena bencana," ujar Surya kepada Republika di Jakarta, Rabu (5/10).
Sebelum usia 21 tahun, kata dia, mental remaja belum sepenuhnya siap untuk menikah. Sebab, di usia tersebut proses pembelajaran remaja menjadi individu dewasa belum tuntas. Keinginan untuk belajar dan mencari jati diri masih berpengaruh kuat pada diri remaja.
Sementara dari sisi fisik, sistem reproduksi remaja perempuan belum sepenuhnya matang. Ketika harus menikah di usia dini, risiko kelahiran prematur, angka kematian ibu serta bayi pun tinggi.
Karenanya, Surya menyarankan remaja agar sebisa mungkin menghindari pernikahan sebelum usia 21 tahun. Remaja juga diminta memahami informasi tentang kesehatan reproduksi untuk menghindari seks bebas.
Dia menegaskan, pernikahan dini yang diikuti perceraian berpengaruh buruk bagi anak yang dilahirkan. Sebab, anak-anak yang lahir dari kondisi tersebut cenderung mendapat pola pengasuhan yang tidak kondusif.
"Padahal, untuk menciptakan generasi unggul itu dimulai dari kehamilan atau saat 1.000 hari pertama kehamilan, yang mana stimulus terhadap perkembangan otak dan fisik dapat berlangsung sempurna. Pascamelahirkan, masa balita, anak-anak hingga remaja pun mestinya dihabiskan dalam situasi keluarga yang kondusif dengan perhatian cukup dari ayah dan ibu," lanjut Surya.
Untuk menekan angka pernikahan dini, BKKBN megadakan program generasi berencana (GenRe) dalam bentuk pembelajaran antarteman sebaya (peer group) di sekolah dan perguruan tinggi. Selain itu, program GenRe juga diinformasikan melalui program Kampung KB. Adapun fokus program adalah menyampaikan informasi mengenai pentingnya merencanakan masa depan bagi generasi muda, meliputi perencanaan pendidikan, masa bekerja, persiapan menikah, menuikah hingga menjadi orangtua.