REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selain kentalnya kegiatan bernuansa dakwah, salah satu hal penting yang melekat pada sebutan Salman adalah kata 'arsitektur'. Bangunan Salman layak disebut sebagai satu tonggak arsitektur masjid terpenting bagi pembaruan bangunan masjid di Indonesia. Salman sepertinya berupaya membebaskan diri dari tradisi penggunaan idiom-idiom klasik, seperti atap tumpang pada masjid tradisional atau kubah yang sering dianggap sebagai idiom universal sebuah masjid.
Masjid yang dirancang Noe’man ini tampaknya mampu memecahkan kesunyian penciptaan karya arsitektur masjid di Tanah Air selama hampir lebih dari 5,5 abad. Di sinilah nilai monumental Salman menampakkan diri, perwujudan gagasan bentuk, dan ekspresi arsitekturalnya telah merombak pola-pola lama yang telah ada sebelumnya.
Nama Salman merujuk pada seorang teknokrat ulung sahabat nabi asal Persia, Salman al-Farisi. Nama penggagas Perang Khandaq (parit) ini dianggap merepresentasikan 'jiwa' masjid dalam hal semangat keberislaman maupun keunggulan arsitektural.
Totalitas pembebasan tradisi Masjid Salman tampak dalam pemilihan material dan teknologi pembangunan masjid pada masa itu di mana kesan 'konstekstual' yang ia usung mewujud dalam dinamika pembangunan dan kegiatan dakwah di dalamnya. Salman telah lahir dan hadir secara tepat dalam konteks ruang dan waktunya.
Satu hal dari pemikiran sang arsitek yang paling mendasari perwujudan bangunan Salman adalah penentangannya terhadap sikap “ikut-ikutan” (tiruan), menerima tanpa mengerti makna persoalan. Apalagi, dalam dunia arsitektur yang begitu rigid dalam hal nebeng. Seorang arsitek dituntut untuk selalu berijtihad dengan ilmu pengetahuan guna menghasilkan karya-karya monumental sehingga menjadi adikarya yang bermanfaat bagi diri sendiri dan umat.
Bagi Noe’man, tidak ada yang disebut sebagai arsitektur Islam sepanjang suatu ide atau karya tidak mengikuti secara ketat disiplin ilmu arsitektur. Sebab, tak ada satu pun aturan dalam Alquran dan hadis yang mewajibkan bentuk dan ekspresi bangunan kudu mengikuti sesuatu. Masjid Salman telah keluar dari pakem pandangan arsitektural yang berpijak dari landasan-landasan kelaziman maupun tradisi. Ia melangkah dan beralih kepada interpretasi individual yang bebas.
Inilah yang menyebabkan gagasan bentuk dan ekspresi Masjid Salman meninggalkan tradisi perwujudan masjid-masjid di Tanah Air. Dari sini pula latar belakang kemunculan arsitektur Salman dapat dimengerti. Salman telah menjadi pelopor, dalam dunia arsitektur modern maupun dunia dakwah kampus.