REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Pengurus Pusat Dewan Masjid Indonesia (DMI) Masdar Farid Mashudi mengungkap, agar ekonomi masjid bergeliat dibutuhkan pola pikir pengurus dan jamaah masjid. Selama ini, menurutnya, masjid hanya dianggap sebagai sarana ibadah bukan berkumpul umat.
"Harus berubah pola pikirnya, Masjid ada ruang dalam untuk ibadah, dan serambi untuk kegiatan sosial. Boleh saja di pelataran Masjid seperti di Masjid Nabawi. Lokasi pasar strategis juga kalau mau ada di areal Masjid kan banyak jamaah lalu lalang," ujarnya, Selasa (27/9).
Untuk itu, kata dia, perlu ada perubahan. Dimana ada dinamisme pengurus masjid dari generasi tua dan muda.
"Harusnya kalau ada beda pendapat di musyawarahkan, bisa aja generasi muda lebih berinovasi, tapi di kalangan generasi tua ada kebijaksanaannya. terobosan tanpa wisdom bisa berantakan, tapi kebijaksanaan anpa terobosan juga kurang dinamis," jelasnya.
Kiai Masar mengatakan, pihaknya terus memotivasi mendorong pengembangan ekonomi. DMI sebagai organisasi umat Islam belum punya program dan tidak ingin masuk ke dalam itu (pengembangan ekonomi Masjid).
"Tapi mandat kita pengembangan kemandirian masjid dari segi keumatan, kalau pengembangan ekonomi masing-masing institusi masjid saja. Paling tidak pengurus Masjid ada motivasi pengembangan ekonomi disana, bisa jadi fasilitator," katanya.
Namun ia mengakui guna mencapai ekonomi Masjid yang baik dibutuhkan perubahan pola pikir pengurus dan jamaah Masjid. Sebab ia mengakui Masjid hanya dianggap sebagai sarana ibadah, bukan sarana berkumpul umat.