REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar dunia, potensi ekonomi kurban di Indonesia tentu sangat besar. Maka itu, sudah seharusnya umat memiliki kesadaran akan potensi tersebut.
General Manager Resource & Mobilization Dompet Dhuafa, Urip Budiarto, melihat geliat ekonomi kurban di tengah Muslim Indonesia sudah sangat terasa perkembangannya. Ia menjelaskan, perkembangan kesadaran umat itu bisa dilihat dari berbagai aspek, termasuk perkembangan penjualan qurban yang dilakukan di media sosial.
"Sekarang semakin banyak pemain, semakin banyak variasi konsep yang ditawarkan, ekonomi kurban semakin semarak," kata Urip kepada Republika, Jum'at (16/9).
Ia menerangkan, banyaknya pemain yang terjun langsung ke perekonomian kurban akan memiliki dampak baik, salah satunya mengedukasi pasar dan membuatnya semakin luas. Menurut Urip, itu merupakan pijakan yang terbilang menggembiarakan untuk ekonomi qurban, yang tentu akan bermuara kepada perekonomian umat itu sendiri.
Belum lagi, lanjut Urip, apabila pasar perekonomian kurban ini dikembangkan untuk menjadi pasar lintas negara, dengan menyerap kurban dari umat di luar negeri. Pasalnya, umat Islam yang ada di negara-negara seperti AS tentu tidak memiliki cukup banyak ruang menyalurkan kurban, seperti yang Indonesia miliki.
Meski begitu, ia mengaku senang melihat perkembangan pemanfaatan potensi ekonomi kurban, termasuk perkembangan pola distribusi kurban yang ada saat ini. Hal itu dikarenakan pola distribusi ekonomi kurban dari kota ke desa kini tidak cuma dilakukan Dompet Dhuafa, melainkan banyak lembaga-lembaga sosial lain.
"Kalau dulu Dompet Dhuafa sendiri, sekarang banyak lembaga sosial yang menebar hewan qurban dari kota ke desa," ujar Urip.