Selasa 13 Sep 2016 03:26 WIB

Sultan HB X: Tiru Semangat Berkurban Pendiri Bangsa

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Agung Sasongko
Sultan HB X sedang memberikan sambutan. (Foto: Nurina Savitri)
Sultan HB X sedang memberikan sambutan. (Foto: Nurina Savitri)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Spirit berkurban hendaknya bukan hanya diperagakan hari-hari ini saja, melainkan dapat untuk menyelesaikan persoalan bangsa agar kehidupan kembali keadabannya. Sebagaimana tokoh pergerakan/pendahulu bangsa yang membuat republik ini keluar dari jerat kolonialisasi dan menjadi merdeka.

"Mereka yang memiliki integritas telah gemilang dan sukses menyembelih “hasrat kebinatangan”nya ketika diberi amanah menjadi penyelenggara negara,’’kata Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono  X dalam sambutannya pada acara Silaturahim Idul Adha antara Gubernur dengan Ulama dan Umara, dengan tema “Tumbuhkan Semangat Ikhsan” di Gedung PDHI Sasonoworo Alun-alun Utara Yogyakarta, Senin (12/9).

‘’Mereka bukan saja berkurban benda, raga, bahkan  nyawa. Juga berkurban dengan menjatuhkan pilihan hidup sederhana dan bersahaja," katanya.

Sultan memberi contoh, Bung Karno yang masih punya hutang 80 gulde kepada Karim Oei, Bung Hatta yang tak terbeli sepatu Ballym Natsir yang jasnya robek dan hanya punya kursi tua, Agus Salim yang hidup di rumah kontrakan sampai akhir hayatnya, Ngarso Dalem Swargi (red.Sultan Hamengku Buwono IX) yang mewakafkan tahtanya untuk rakyat dan republik, Pak Dirman yang memimpin dengan menderita dan masih banyak sosok keteladanan lainnya.

Karena itu saat ini perlu menemukan kembali semangat “berkurban”nya tokoh pergerakan Indonesia yang sudah hilang . Mereka visioner dan menjalin hubungan antar tokoh yang demikian erat. ‘’Meski mereka tidak berkali-kali naik haji dan tidak terlampau fasih merapalkan teks kitab suci, . tetapi panddai mengalamlan konteksnya dengan kehiduoan masyarakat, Karena itu selayajya generasi penerus bangsa ini  belajar dari keteladanan mereka,’’saran Sultan.

Lebih lanjut Sultan menambahkan, di tengah masyarakat yang penuh kesyirikan, menangkap pesan sosial kurban bukan hanya penting, melainkan mendesak. Karena kini semangat kebangsaan kehilangan jangkar moralitas. Politik berada dalam lorong kegelapan. Bahkan menjadi “hewan kurban” bukan untuk dikorbankan bagi kaum dhuafa, melainkan, tetapi justru “mengorbankan” kepentingan rakyat.

Ekonomi tak ubahnya dikelola pemburu rente. Agama yang seharusnya hadir menawarkan kesejukan, ketika melihat kemungkaran sosial, malah sebagian umatnya menampilkan wajah kesengsaraan dan kekerasan, serta terjebak dalam cara-cara yang menimbulkan kemungkaran baru, ungkap Raja Keraton Yogyakarta ini.

Sebelumnya Gubernur DIY ini melaksanakan sholat Idul Adha di Alun-alun Utara dengan disampingi kedua menantunya KPH Wironegoro dan KPH Purbodiningrat. Dalam sholat Id tersebut yang bertindak selaku Imam dan Khotib sholat adalah Ketua PP Muhammadiyah Agus Taufiqurrohman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement