REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia cerdas menjadi tak terukur tanpa adanya karya-karya tulis ilmiah yang dihasilkan. Dengan kecerdasan intelektual, spiritual, dan emosional, menulis harus jadi gerakan moral.
Pendiri ESQ Ary Ginanjar Agustian menjelaskan, visi Indonesia Emas oleh ESQ akan berpijak pada generasi yang cerdas intelektual, spiritual, dan emosional. Semua elemen tersebut, selama ini, seakan terpisah. Yang spiritual belum cerdas intelektual, yang intelektual belum cerdas spiritual dan emosional. Tanpa menulis, Indonesia akan terus di bawah. Pemikiran Indonesia tidak akan dikenal.
"Kami ingin kegiatan menulis punya tujuan lebih luas. Bukan hanya syarat akademis, tapi demi Indonesia emas yang bisa bersaing dan cerdas," kata Ary.
Menurutnya, cerdas itu tidak bisa dijelaskan tanpa menulis. Indonesia terdepan adalah Indonesia yang punya ilmu pengetahuan. Pengetahuan yang tertulis itu yang diakui sebagai ilmu. Itu sebabanya, Gerakan Indonesia Menulis adalah sebuah gerakan demi tercapainya Indonesia Emas 2045.
Gerakan Indonesia Menulis yang digagas lembaga penelitian selevel LIPI dan Batan dan diluncurkan di Menara 165, Kamis (1/9), pada dasarnya mengarahkan untuk menulis dengan jujur. "Kalau diarahkan dengan sistematis, Gerakan Indonesia Menulis bisa diarahkan ke visi Indonesia emas. Kami ingin bersama para peneliti untuk mengajak masyarakat untuk menulis dan menjadikan ini sebagai gerakan moral," kata Ary.
Pendiri ESQ Business School ini juga mendorong mahasiswa dan akademisi sekolah tinggi yang ia dirikan untuk makin gencar menulis. Karena itu, Gerakan Indonesia Menulis diluncurkan di program penyambutan mahasiswa baru angkatan empat sehingga gerakan ESQ bersama lembaga-lembaga riset itu bukan hanya ajakan ke masyarakat, tapi lebih mengajak internal ESQ Business School.