Kamis 31 Mar 2016 20:36 WIB

Umat Islam Harus Gemar Membaca dan Menulis

Membaca
Foto: photobucket
Membaca

REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Gubernur Banten Rano Karno mengatakan membaca dan menulis menjadikan kegiatan sehari-hari di kalangan masyarakat karena perintah ajaran agama Islam. "Banten sebagai masyarakat yang relegius tentu diperintahkan untuk gemar membaca dan menulis," kata Rano saat pencanangan "Gerakan Indonesia Membaca" di Lebak, Kamis (31/3).

Pemerintah Provinsi Banten memiliki kebanggaan tersendiri pencanangan "Gerakan Indonesia Membaca" diselenggarakan di Kabupaten Lebak. Selama ini, Kabupaten Lebak menjadikan daerah yang terkenal di dunia, selain memiliki masyarakat suku asing Baduy juga terdapat sejarah pena Multatuli.

Dimana pena Multatuli itu dengan hadirnya Edwuard Douwes Dekker sebagai Asisten Residen Lebak di sebelah selatan Karesidenan Banten yang bertempat di Rangkasbitung pada Januari 1856. Eduard melaksanakan tugasnya dengan cukup baik dan bertanggung jawab. Ia memerintah Lebak hanya empat bulan saja.

Namun, kegigihan dan keberanian seorang kolonial Belanda dengan menulis dan mengkhabarkan ke penjuru dunia dengan sewenang-wenangnya penindasan masyarakat Lebak yang dilakukan pemerintah itu. Edwuard menulisnya buku Max Havelaar 1860 dengan menemukan fakta bahwa kerja rodi yang dibebankan pada rakyat distrik telah melampaui batas.

Bahkan menjumpai praktik-praktik pemerasan yang dilakukan oleh Bupati Lebak dan para pejabatnya dengan meminta hasil bumi dan ternak kepada rakyatnya. Namun, sepuluh tahun ke depan buku itu dihapusnya.

Hal itu bukti konkret keburukan dan kebobrokan pemerintah Hindia-Belanda.

Edwuard berjuang dengan gagah yang dituangkan dalam karya sastra dengan dahsyat kekuatan literatur melalui penanya Multatuli. "Saat ini, Multatuli diabadikan dengan Jalan Protokol di Rangkasbitung," katanya.

Menurut dia, kegigihan Edwuard Douwes Dekker itu membawa inspirasi perubahan bagi bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan itu. Karena itu, membaca sangat penting untuk melakukan perubahan-perubahan sehingga sadar betul gemar membaca dapat menambah pengetahuan.

Pendiri bangsa ini, seperti Bung Karno yang terkenal dengan kutu buku, bahkan seluruh waktu untuk digunakan membaca. Selain itu juga Bung Hatta sangat mencintai membaca buku, bahkan dia dipenjarakan Belanda dengan membawa buku sebanyak 16 peti.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement