Kamis 01 Sep 2016 08:25 WIB

Warisan Korupsi dan Sandiwara Secangkir Kopi Ngeri-Ngeri Sedap

Secangkir kopi
Foto:
Erie Sudewo

Aaahhh... hidup ini bagai kopi. Sudah jelas kopi itu hitam pekat. Masih ada yang lantang berkata white coffee. Sudah jelas salah di luar rumah. Malah hardik anak istri saat ditanya. Orang rumah merasa ada yang tak beres. Tapi horor bapak menakutkan. Bara pun tumbuh di keluarga. Bagai api dalam sekam. Sudah jelas hitam, masih katakan hidup baik-baik dan lurus-lurus saja.

Saya tak tahu pula. Warisan yang saya tempati, apakah hasil korupsi orang tua? Lantas dulu ibu dan saudara-saudara saya yang jumlahnya 9 orang itu, apakah juga dinafkahi dengan uang haram? “Semoga bapakku bukan koruptor”, tiba-tiba saja batin saya berdoa.

Hidup memang seperti kopi. Hitam pekat. Kita yang berada di dalamnya, terus terbetot di jelaganya. Lamat-lamat ingat surah Al-Ashr: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu dalam keadaan merugi”.

“Ya Allah, apakah aku masih bersandiwara?”

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement