REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Arsitektur menara masjid meniru model Masjidil Haram Makkah. Sedangkan, kubah masjid bercatkan kuning emas dengan warna bangunan berlatar warna putih dan pencahayaan emas. Sebuah air mancur menjadi penghias utama dari halaman depan masjid. Perpaduan desain arsitektur dan warna bagus membuat masjid ini dianggap mahakarya arsitektur Islam terbaik di Filipina.
Pintu masuk utama masjid di depan wilayah air mancur. Masjid memiliki dua ruang shalat utama, terletak di tengah bangunan dengan dinding jala memisahkannya dari ruang wudhu. Lampu kaca kristal menggantung di ruang utama tempat shalat. Lampu kristal memberikan cahaya yang alami bagi ruang utama shalat, baik laki-laki maupun perempuan.
Hal menarik lainnya dari masjid ini adalah mihrab dengan menggunakan global positioning system (GPS) modern yang mengarah ke lokasi Makkah. Setiap menara masjid dipasang pengeras suara yang memperdengarkan suara azan dengan jelas. Masjid menampung 1.200 jamaah dengan kapasitas 800 jamaah laki-laki dan 400 jamaah perempuan.
(Baca: Masjid Agung Cotabato Terbesar di Filipina)
Direktur Masjid Agung Cotabato Ustaz Norulam Abdullah mengatakan, pembangunan masjid ditutupi perjanjian budaya antara Kesultanan Brunei dan Pemerintah Filipina. Masjid dilengkapi sistem kamera CCTV dan jaringan pemadam api dengan desain arsitektur Islam Filipina dan Asia Tenggara.
Masjid dibangun lebih tinggi, dua meter dari permukaan tanah, posisi masjid menjadi lebih tinggi, dan dapat diakses dari tiga sisi dengan dua tangga depan, empat tangga samping, dan dua landai pejalan kaki. Selain itu, sang arsitek masjid, Palafox, memasukkan konsep lingkungan ke dalam desain, yakni memaksimalkan sinar matahari untuk efisiensi, pengurangan tagihan listrik, dan pemeliharaan rendah.
Masjid Agung Cotabato menjadi daya tarik baru dari Cotabato City. Lokasi masjid di mulut Sungai Tamontaka dekat dengan Bukit Timako membuat masjid ini menjadi paling dicari wisatawan.
Selain menjadi objek wisata religi, Pemerintah Brunei sebagai donatur pembangunan masjid berharap dari masjid inilah bibit perdamaian dari persengketaan kelompok Islam dan Pemerintah Filipina terwujud. "Masjid Agung Cotabato atau Masijid Sultan Haji Hassanal Bolkiah merupakan simbol harmoni bersama antara Filipina dan Brunei," kata Duta Besar Brunei untuk Filipina Malai Halimah Yussof.
Berkat desain arsitektur Masjid Agung Cotabato ini, sang arsitek, Felino Palafox, memenangkan Nobel Perdamaian Gusi 2011 di Manila. Penghargaan ini mengakui individu dan organisasi yang telah memberikan kontribusi bagi perdamaian dan kemajuan global.