Senin 22 Aug 2016 11:49 WIB

Hoax, Nafsu Reklamasi, dan Narsis APBN Defisit

Ribuan nelayan bersama LSM melakukan aksi simbolis dengan menyegel pulau G proyek reklamasi di kawasan Muara Angke, Jakarta Utara, Ahad (17/4).
Foto:
Turis berfoto di salah satu titik populer di Singapura.

Di reuni semangat saya lebih banyak menyimak. Kang Ded, menggeleng kepala memulai kisah. Saya terperajat. Sebab jebolan ITB yang shaleh banget ini, koq ketularan saya yang selalu saja salahkan orang. Satu ciri khas saya, nafsu saya masuk kategori prima. Tanpa sebab, nafsu saya bisa teleg salahkan orang.

Kang Ded mulai bercerita. Dia baru selesaikan pemetaan Pulau Manis di seputar Batam. Yang jadi soal, pulau itu dimiliki asing. Dibeli Rp 500 per meter. Saya pastikan: “Ratus ribu rupiah atau dollar?” tanya saya.

''500 rupiah doang, jawab Kang Ded getir.

Pulau Manis kecil. Cuma pemetaan di lakukan di pantai sekitar pulau. Luasnya berkali lipat. Di atas pantai itu, kini berdiri ribuan bungalow. Harga jual per meter Rp 25 juta. Semua ludes dibeli orang singapura. Mengapa? Sebab cuma 12 km dari Singapura. Bahasa beda, uang yang beredar pun dollar S’pore.

Kang Ded ternyata banyak lakukan pemetaan. Pemiliknya semua sama saja. Yang itu-itu juga. Bahkan Papua telah dikuasai.

 “Saya heran dengan pemimpin kita, ya. Mengapa koq begitu?” protes Kang Ded memelas. Karena shaleh, wajahnya tak gusar. Cuma pias dan kosong .

Apa ceita Kang Ded Hoax? Entahlah. Saya pun terlanjur panas.

“Gusur satu rumah biadab. Gusur satu pulau, real estate hasilnya”. Asing lagi. Kabarnya iklan reklamasi pantai Jakarta tertayang di negeri orang. Saya tercenung. Pikiran pun berkecamuk. Cara undang devisa dan investor, apa musti dengan habisi rakyat sendiri.

Dengan dalih apapun SDA dieksplorasi asing. Hasilnya? Toh utang negeri sekarang ini lebihi APBN 2016-2017. Tak percaya? Chek sendiri lah. “Kalo dah chek, so whaaat? Apa sih yang bisa elo kerjain?” Hardik nafsu saya tiba-tiba.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement