Sabtu 20 Aug 2016 19:51 WIB

Ponpes Gontor Berjuang Isi Kemerdekaan dengan Pendidikan

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Agung Sasongko
Ponpes Gontor menerapkan sistem pendidikan siswa menginap di asrama selama 24 jam.
Foto: Antara
Ponpes Gontor menerapkan sistem pendidikan siswa menginap di asrama selama 24 jam.

REPUBLIKA.CO.ID, PONOROGO -- Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, K.H. Hasan Abdullah Sahal menyampaikan, pondok pesantren Gontor didirikan untuk membina dan mendidik umat. Memasuki usia Pondok Modern Darussalam Gontor yang ke-90 tahun, KH Hasan mengatakan Ponpes Gontor akan terus berdiri dan berjuang mengisi kemerdekaan bangsa dengan memberikan pendidikan yang terbaik.

"Bahwa pondok ini pondok kita semua, pondok ummah Islam seluruh dunia. Sebagai amanah untuk pembinaan ummat. Kami hanya mendidik, kami tetap dari dulu sampai sekarang tetap memilih sebagai lembaga pendidik, bukan lembaga politik, bukan lembaga pergerakan, bukan lembaga keuangan, bukan lembaga yang lain-lain, tetap mendidik, mendidik, dan mendidik," kata KH Hasan di Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, Sabtu (20/8).

Lebih lanjut, ia mengatakan, selama berdirinya ponpes ini dapat membetengi masyarakat dan negara dari pengaruh penjajah dengan pendidikan tentang kenegaraan. Ia pun menekankan, jiwa nasionalisme inilah yang akan terus dijaga di dalam pendidikan di ponpes Gontor ini.

Ponpes Gontor telah memiliki santri didik sekitar 23 ribu orang yang tersebar di seluruh Indonesia, salah satunya di Poso. Para alumnus Gontor pun, sambung dia, selalu peduli dengan pembinaan terhadap masyarakat di berbagai sektor dengan berbagai caranya masing-masing.

KH Hasan pun berharap, nantinya Ponpes Gontor ini dapat memiliki Universitas Islam yang berkualitas. "Cita-cita sekarang adalah Universitas Islam yang bermutu. Kami pimpinan pondok sudah berumumur 70 an. Dan tak tahu 5-10 tahun mendatang. Mudah-mudahan Universitas Darussalam, cita-cita para pendiri sudah punya fakultas kedokteran, fakultas pertanian, dan fakultas yang lainnya," ujar dia dalam sambutannya.

Di akhir sambutannya pun, ia menitip pesan kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) agar Presiden Joko Widodo (Jokowi) dapat menghadiri acara tasyakuran Ponpes Gontor pada 9 September mendatang.

"Mudah-mudahan beliau bisa hadir di pondok kita ini, dan beliau ini satu-satunya Presiden yang belum menyempatkan datang ke sini," kata KH Hasan.

Sementara itu, Wapres JK meminta agar Pondok Pesantren Gontor ini mengajarkan pendidikan ketrampilan dan inovasi yang dapat mendorong kemajuan bangsa. Pendidikan di Ponpes pun, kata JK, juga harus disesuaikan dengan zamannya dan dapat bermanfaat pada beberapa tahun ke depan.

Dalam kesempatan ini, JK juga menceritakan pendirian Ponpes Gontor di Poso. Menurut JK, pendirian ponpes di Poso diperlukan untuk mengajarkan perdamaian dan mencegah radikalisme.

"Karena itulah kenapa tadi disampaikan juga, pada saat selesai konflik Poso pikiran saya ialah bagaimana kedamaian di Poso ini dapat kita jaga. Karena selesai damai, datang lagi orang mengacau dari luar. Maka saya katakan, kita bikin pesantren yang mengajarkan kedamaian bukan hanya mengajarkan bagaimana berbuat radikal, bagaimana mengamalkan amal Ma'ruf Nahi Mungkar. Itu yang dilaksanakan dengan baik bukan dengan menembak membunuh orang," jelas JK.

Lebih lanjut, JK juga menekankan pentingnya peran Ponpes Gontor untuk menciptakan para ulama yang lebih baik lagi yang kemudian dapat ditempatkan di berbagai daerah, terutama perkotaan. Sebab, menurutnya, pada 10 tahun yang akan datang hampir sekitar 60 persen penduduk Indonesia akan tinggal di kota.

"Yang pada 10 tahun yang akan datang itu 60 persen penduduk Indonesia akan tinggal di kota. Jadi harus menciptakan kyai-kyai perkotaan lebih baik lagi pada dewasa ini. Di samping itu juga memang di desa sudah menjadi kota," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement