Ahad 21 Aug 2016 04:53 WIB

Yamaha 70 CC, Amplop yang Dibagi, dan Rumah Surga AR Fachruddin

KH AR Fachruddin.
Foto:
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Dalam kebersamaan hidup dengan Pak AR, Satu-satunya hal yang sangat disesali Bu Qom terhadap dirinya sendiri adalah ketika beliau menanyakan tentang perkembangan rumah yang dicicilnya.

 “Pak bagaimana perkembangan rumah kita?” kata Bu Qom suatu ketika kepada Pak AR yang baru datang dari ceramah di luar kota.

Pak AR pun terdiam. Keriangan di wajahnya kelihatan pudar. “Bu sabar ya. Soal rumah jangan dipikirkan lagi. Developernya lari. Tak usah disesali, Allah akan mengganti rumah kita dengan rumah yang lebih baik di sorga nanti,” jawab Pak AR lirih.

Bu Qom merasa menyesal mempertanyakan soal rumah tersebut. “Saya sangat menyesal mempertanyakan rumah itu kepada Pak AR. Padahal Pak AR masih capai, baru datang dari luar kota,” kata Bu Qom menyesali munculnya pertanyaan itu. Sampai bertahun-tahun kemudian, setelah Pak AR wafat, Bu Qom masih menceritakan penyesalannya soal pertanyaan rumah itu. Mungkin karena penyesalan tersebut, Bu Qom meneruskan pilihan hidup miskin tanpa memiliki rumah.

Setelah Pak AR wafat dan rumah Cik Ditiro 19A diberikan kembali oleh keluarga Pak AR kepada Muhammadiyah, Muhammadiyah mau memberikan tanah seluas 1000 meter persegi dekat Universitas Muhammadiyah Yogya. Muhammadiyah juga akan membiayai pembangunan rumah keluarga Pak AR karena balas jasa atas kepemimpinan Pak AR yang membesarkan Muhammadiyah selama 22 tahun. Tapi, apa kata Bu AR?

“Tidak usahlah. Muhammadiyah lebih membutuhkan tanah itu ketimbang keluarga saya,” kata Bu AR. Bu AR menolak dengan halus pemberian tanah dari Muhammadiyah tersebut. Dan alkhamdulillah, sampai Bu AR wafat, rumah Pak AR dan Bu Qom ternyata tak ada di dunia. Rumah mereka ada di sorga!

Dan benar memang, di balik suami yang zuhud, ada istri yang zuhud!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement