Ahad 21 Aug 2016 04:53 WIB

Yamaha 70 CC, Amplop yang Dibagi, dan Rumah Surga AR Fachruddin

KH AR Fachruddin.
Foto:
Masjid Kauman Yogyakarta tahun 1880. Dari kampung inilah dahulu KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah.

Hal seperti itu, pergi berdakwah berhari-hari, sudah biasa terjadi. Dan keluarga Pak AR pun memakluminya. Bu Qom pun tak pernah menanyakan apakah ada amplop atau bingkisan dari pengundang ceramah tadi. Padahal, tempat ceramah Pak AR kadang jauh sekali, di pelosok desa di Kabupaten Purworejo, Kebumen, bahkan Purwokerto. Semua itu dijalani Pak AR dengan ikhlas meski naik mobil angkutan umum atau harus menggowes sepeda ontel puluhan kilometer.

Melihat kondisi seperti itulah, seorang saudagar kaya, Pak Prawiroyuwono kasihan kepada Pak AR dan membelikan sepeda motor Yamaha 70 CC warna oranye untuk mempermudah mobilitas Pak AR dalam berdakwah. Sepeda motor itulah yang dipakai Pak AR untuk berdakwah dan keperluan sehari-hari sampai beliau wafat. Jadi, motor Yamaha 70 CC warna oranye yang sering dikira milik satu-satunya Pak AR itu, ternyata pemberian orang. Pak AR tak sanggup membeli motor itu. Lagi-lagi ini membuktikan, meski miskin Pak AR tidak pernah tertarik dengan iming-iming harta.

Tentu, sebagai pimpinan Muhammadiyah, beliau sering diberi uang jutaan oleh para pejabat dan pengusaha. Orang-orang kaya itu nitip uang kepada Pak AR untuk disampaikan kepada Muhammadiyah. Jumlahnya kadang puluhan, bahkan ratusan juta rupiah.

Sampai di rumah, uang itu segera disampaikan kepada Muhammadiyah dan fakir miskin di sekitarnya tanpa sisa. Sampai-sampai Fauzi, putra bungsunya, pernah nyeletuk: “talang kok ora teles” (talang kok tidak basah).

“Yo ben, wong iki talang plastik (biar saja, wong ini talang plastik),” timpal Pak AR dengan nada riang.

Itulah Pak AR, memilih hidup miskin padahal punya kesempatan untuk hidup kaya.

Kenapa Pak AR memilih hidup miskin? Beliau pernah bercerita dalam kultum di rumahnya. “Di hati manusia hanya ada satu cinta. Cinta kepada Allah. Jika cinta kepada Allah ini tercemari oleh cinta kepada dunia, maka Allah akan cemburu,” kata Pak AR.

Jika hamba mencintai Allah dan Allah mencintai hambaNya, maka Allah tak mau cinta hamba kepada-Nya disaingi oleh cinta hamba kepada selain DIRINya.

“Allah itu Maha Pencemburu!,” kata Pak AR.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement