Selasa 16 Aug 2016 14:39 WIB

Kesetiaan Nailah Binti Al-Farafishah

Rep: c62/ Red: Agung Sasongko
Kesetiaan Nailah binti al-Farafishah
Foto:
Ilustrasi Muslimah Ideal

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suara Nailah tak lagi dianggap. Kebencian, nafsu, dan rayuan setan menyatu dalam diri pemberontak. Seseorang menyabetkan pedangnya tanpa peduli Utsman sedang memegang Alquran. Darah mengucur, menetes jatuh. Surah al-Baqarah ayat 137 berbunyi, "Maka Allah memelihara engkau dari mereka."

Nailah memanjatkan doa kepada Allah SWT, "Semoga Allah menjadikan tanganmu kering, membutakan matamu, dan tidak ada ampunan atas dosa-dosamu."

Utsman bin Affan RA pun wafat di tangan para pemberontak. Sepeninggal Utsman, Muawiyah bin Abu Sufyan datang kepada Nailah dan melamarnya. Nailah menolak pinangan tersebut. Muawiyah bertanya, apa gerangan yang membuat Nailah menolak dia.

"Aku melihat kesedihan ini menyelimutiku seperti pakaian yang menyelimuti diri ini. Aku takut kesedihanku atas Utsman bin Affan ini akan terulang kepada orang lain seperti dia. Ini tidak akan terjadi lagi." kata Nailah.

"Tidak mungkin ada seorang pun yang mampu menggantikan kedudukan Utsman di dalam hatiku," kata Nailah lagi. 

Nailah wafat sebagai mujahidah, tameng, dan pembela sang Amirul Mukminin ketiga. Ia menjadi istri setia, bahkan setelah suaminya meninggal dunia. Mencintai bagi Nailah bukan sekadar romantisme penuh kebahagiaan.

Ia tulus menerima kekurangan suaminya yang telah uzur dan rela mempertaruhkan dirinya. Ia juga tak menafikan keindahan cinta dan ajaran yang pernah diberikan Utsman bin Affan RA. Nailah menyadari, mencintai adalah pekerjaan yang sakral, berat, penuh godaan dan rintangan. Namun, hanya sedikit orang yang menyadari hal ini dan terus bertahan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement