Selasa 16 Aug 2016 14:39 WIB

Kesetiaan Nailah Binti Al-Farafishah

Rep: c62/ Red: Agung Sasongko
Kesetiaan Nailah binti al-Farafishah
Foto:
madinah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dengan kecerdasannya dan didikan Utsman bin Affan RA, Nailah tumbuh menjadi istri yang taat dan penyayang. Suatu hari, badai pemberontakan menghantam Madinah. Ribuan orang yang memendam kedengkian kepada Utsman bin Affan RA datang menuntut sang khalifah. Mereka datang dengan membawa pedang, menginginkan nyawa sahabat Rasulullah SAW ini.

Pasukan itu mengepung rumah Utsman bin Affan RA. Tak lari, Nailah menghadapi serangan itu dan terus menemani Utsman. Ia membesarkan jiwa kekasihnya dan melingkupinya dengan kasih sayang.

Tak tahan sekadar mengepung dan menunggu, dua orang laki-laki akhirnya masuk ke dalam rumah Utsman bin Affan RA. Dalam keadaan seperti itu, Nailah melihat keluar dan melepaskan kerudungnya. Ia berharap para lelaki itu masih memiliki keimanan dalam hatinya dan akan memalingkan wajah meninggalkan mereka.

Utsman bin Affan RA melihat apa yang dilakukan istrinya dan segera menegurnya. "Nailah, tutuplah rambutmu itu dengan kerudung. Demi Allah, lebih mudah bagiku untuk membiarkannya masuk daripada engkau berbuat haram dengan membiarkan rambutmu terurai," kata Utsman.

Kedua laki-laki itu akhirnya berhasil masuk ke rumah dan sampai di hadapan Utsman dan istrinya. Seorang di antara mereka mengayunkan pedangnya kepada Utsman bin Affan RA. Dengan keberaniannya, Nailah menahan tebasan pedang tersebut hingga beberapa jari-jarinya yang sangat indah terputus.

Bagi Nailah, keselamatan suaminya menjadi prioritas utama. Ia tak peduli jika harus berkorban nyawa. Walaupun begitu, Nailah adalah seorang perempuan yang sangat lembut. Ia merasakan sakit yang luar biasa di ujung-ujung jarinya yang terputus. Ia menjerit, memanggil pembantu laki-lakinya yang bernama Rabah.

Lelaki satunya ikut mengayunkan pedangnya ke arah Utsman bin Affan RA. Lagi-lagi Nailah menahan tebasan pedang dengan tangannya yang masih utuh. Beberapa jarinya yang indah terputus.

Jeritan Nailah tak mampu meluluhkan hati penyerang yang telah dibutakan oleh kebencian. Tindakan Nailah justru membuat dia bersikap lebih kejam. Ia mencabut jenggot Utsman bin Affan RA, memukul kepalanya, lalu menikamnya. Utsman bin Affan RA diperlakukan begitu keji.

Para pemberontak bagai kesetanan. Ketika pedang sudah disabetkan ke Utsman, Nailah dengan kedua tangan yang tak sempurna memeluk suaminya. Ia bersama putri mereka menutupi tubuh Utsman untuk memberikan perlindungan.

Para pemberontak makin membabi buta. Nailah dan putrinya menjadi bulan-bulanan, menjadi luapan amarah. Mereka dipukul dan diinjak. Nailah yang kesakitan pun berkata, "Sungguh, kalian telah membunuhnya, padahal dia telah menghidupkan malam dengan Alquran dalam rangkaian rakaat."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement