Jumat 12 Aug 2016 15:11 WIB

Ritme Keteraturan Taat

Shalat adalah salah satu bentuk ketaatan pada aturan Allah.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Shalat adalah salah satu bentuk ketaatan pada aturan Allah.

Oleh: Ustaz Arifin Ilham

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Subhanallah, alangkah indah, bahagia, dan berkahnya hidup seorang mukmin. Tiada hari yang dilaluinya dengan sia-sia. Mengapa? Karena, hidupnya dalam keteraturan taat.

Ritme keteraturan taat itu terlihat dari bagaimana ia memulai hari-harinya dengan full heart di jalan Allah dan sunah Nabi SAW. Masih senyap dan semesta pun masih hening, ia bangun malam dan bersegera membasahi tubuhnya dengan air kesejukan. Sajadah digelar dan tegak dalam qiyaamullail. Air mata berurai, lisan lirih dalam istighfar dan tenggelam dalam muhasabah diri. 

Masih di atas sejadah, ritme keteraturan  taat  itu pun berlanjut.  Kini, mata  tertuju pada mushaf, lisan pun lamat-lamat penuh tartil membaca Alquran dan menadaburinya. Ketika azan  berkumandang, kaki  pun  tersaruk  ringan  memenuhi  panggilan-Nya  dengan  shalat Shubuh berjamaah di Rumah Allah. Andai berkecukupan waktu, ditahannya untuk tetap di masjid. Keluar hanya ketika dua rakaat isyraq telah ditunaikan.

Bersama sang surya yang menyapa bumi, maka ia kembali arahkan wajahnya menuju Zat Penabur Rezeki, Allah 'Azza wa Jalla. Dalam ritme keteraturan taat, ia pun tegak dalam shalat Dhuha. Penuh semangat ia gelorakan untuk berada di atas jalan meniti kehalalan rezeki.

Ia jaga kehormatan dirinya dengan rapi dan indah bersama hijab yang dijulurkan. Pantang baginya membuka aurat serta bertekad untuk tidak mau menyentuh dan disentuh oleh yang bukan mahramnya.

Dalam  ritme  keteraturan  taat,  ia  tampakkan  wajah  bersih  penuh  pesona;  buah  dari keterjagaan air wudhu. Murah senyum, berkalam santun dan tetap tawadhu lagi rendah hati. Bersiap menjulur maaf dan tidak pendendam. Penuh sabar dan tetap mensyukuri apa yang ada.

 

Tangan yang  terayun   ia   arahkan  untuk   mengentaskan   keterpurukan  dhuafa   yang   papa. Berapa pun yang Allah kasih, ia terima. Namun, bersegera ia pindahkan kepada yang lebih berhak.  Dijadikanlah  tangan-tangannya  menjadi tangan sedekah. Hasratnya adalah jika ia mapan dan sejahtera, maka sekaligus mampu memapankan dan menyejahterakan orang-orang yang ada di sekitarnya.

 

Dalam  ritme  keteraturan  taat,  ia  pun  terus  mengajak  lisan,  hati, dan  amalnya  bersenandung zikrullah. Kapan di mana dan dalam kondisi apa saja, hatinya terjaga dalam ingatannya kepada  Allah.  Lisan  pun  bergerak  basah  dengan  tasbih,  tahmid,  tahlil,  dan  takbir.

 

Disuarakanlah nasyid-nasyid kerinduan pada junjungan alam,  Nabi  Muhammad  SAW; shalawat Nabi. Inilah ritme keteraturan taat seseorang yang mengimani Allah dan Hari  Akhir dalam kesehariannya. Ia berazam mengamalkannya sampai di helaan napas terakhirnya. Semoga buah dari keistiqamahan menjaga ritme indah nan luhur ini, Allah perkenankan wafat kita semua dalam keadaan husnul khatimah. Amin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement