REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konon, ide dasar Masjid Agung St Petersburg yang direstorasi besar-besaran pada 1980 dan menjadi salah satu masjid terbesar di Eropa ini terinspirasi dari arsitektur Masjid Tamerlan's, Asia Tengah.
Di tangan para arsitek non-Muslim yang memenangkan kontes desainnya, yaitu Nikolai Vasilyev, Stepan Krichinskiy, dan Alexander von Gogen, masjid yang berdiri di atas lahan seluas 1.921 hektare ini menonjolkan keindahan berbasis tradisionalitas Islam yang tampak pada tiap bagian eksterior dan interior.
Lampu gantung raksasa di pusat ruang utama dan hiasan kaligrafi terlihat menawan. Ruang mihrab menjadi bagian dari hiasan yang tidak terlewatkan karena selaras dengan keramik berwarna biru yang menempel di setiap tembok dalam masjid.
Bentuk kubah Masjid Saint Petersburg, Rusia, ini menjadi bagian yang paling unik di antara bagian lain yang terdapat pada masjid ini. Bentuk kubah ini terinspirasi dari bangunan Musolium Gur Emir di Samarkand yang dibangun pada abad ke-15.
Terdapat lubang pada kubah. Konsep lubang serupa diterapkan pada fasad yang menyatu dengan bagian pintu utama masjid yang mampu menampung 5.000 jamaah ini. Namun, lubang-lubang yang terdapat pada pintu utama ini dibelah secara vertikal sehingga terlihat jelas detail ukiran kaligrafi Alquran dari celah lubang itu.
Tampilan kubah semakin menawan dengan kolom-kolom penyanggah lengkungan yang tertutup dengan pualam hijau. Keelokan kubah tersebut kian lengkap dengan pendampingan dua menara setinggi 49 meter yang bermahkotakan kubah setinggi 39 meter.
Sekilas, kubah menyerupai gulungan rambut gimbal yang jatuh ke bawah, sementara bagian dalam kubah menyerupai sarang lebah dengan bulatan menonjol ke dalam. Masing-masing tonjolan tersebut dihiasi motif bunga. Inilah bagian terunik masjid yang didominasi corak biru pada tiap lekukannya. Meski secara umum tembok masjid ini mengusung konsep alami, warna batu granit abu-abu tua menutup sebagian besar dinding masjid.