REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak terhitung upaya menyudutkan Islam terjadi di seluruh penjuru dunia. Situasi itu jelas membutuhkan peran aktif umat Islam memperkenalkan wajah Islam sesungguhnya.

Melalui Tur Telling Islam to The World, sebuah sinergi Nusantara Foundation, Dompet Dhuafa dan Elhijab,da upaya menepis Islamofobia. Sebuah gerakan yang juga membawa misi penting membangun Mualaf Center di AS, dan akan diselenggarakan di seluruh Indonesia.

Presiden Nusantara Foundation, Ustaz Shamsi Ali, mengungkapkan pentingnya umat Islam memahami arti dari dakwah, yang memang penuh kedamaian dan kelembutan. Memahami itu merupakan langkah paling tepat melepas Islamofobia yang belakangan semakin dipaksakan untuk senantiasa melekat kepada Islam.

"Kita tampilkan Islam sesungguhnya yang diwarnai senyum, kata-kata lembut, mudah bergaul dan rendah hati," kata Shamsi di Masjid Nurul Iman, Padang, Jum'at (5/8).

Stigma yang selama ini dilekatkan kepada umat Islam adalah orang Arab berjubah putih, mengunuskan pedang, di sebelah Unta, dan berada di padang pasir. Bahkan, lanjut Shamsi, stigma itu telah ditempelkan kepada umat Islam di AS jauh sebelum 11 September 2011 yang merupakan titik merebaknya Islamofobia.

Imam Besar Masjid New York itu menilai, persepsi yang ingin dibangun dari stigma tersebut adalah umat Islam yang tidak demokratis dan identik dengan kekerasan. Selain itu, stigma itu jelas memaksa umat Islam di AS senantiasa dipersepsikan sangat kuno, jauh dari inovasi dan anti ilmu-ilmu science serta teknologi.

"Jauh sebelum 9/11, umat Islam memang dipersepsikan sangat buruk," ujar Shamsi.

Untuk itu, ia merasa umat Islam di seluruh dunia harus senantiasa berpegangan tangan, demi menampilkan wajah Islam yang sesungguhnya. Menurut Shamsi, tidak perlu repot menanggapi ancaman, fitnah, dan cercaan, karena cukup menunjukkan wajah Islam yang sebenar-benarnya.

Ikuti Whatsapp Channel Republika