Kamis 14 Jul 2016 12:19 WIB

Muslim Jepang tak Nyaman Diawasi Polisi

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Muslim Jepang
Foto: Onislam
Muslim Jepang

REPUBLIKA.CO.ID, OTSUKA -- Komunitas Muslim di Jepang merasa tak nyaman dengan pengawasan yang dilakukan kepolisian Jepang. Pada pelaksanaan shalat Idul Fitri lalu, Muslim Jepang harus bergantian.

"Kami harus shalat bergantian hingga empat kali dan berbaris menyesuaikan diri, padahal ada seribu Muslim di sini yang menunggu untuk shalat," jelas sekjen organisasi Japan Islamic Trust, Haroon Qureshi, seperti dilansir Japan Times, Kamis (14/7). 

Pengawasan yang dilakukan Kepolisian Jepang bukanlah hal baru. Apalagi setelah dokumen kepolisian terkait pengawasan tersebut bocor ke publik. 

Dari dokumen itu diketahui sebanyak 72 ribu Muslim telah terdata secara terperinci oleh kepolisian mengenai perincian rekening bank, perincian paspor, dan catatan gerakan mereka. Kepolisian juga telah memasang kamera pengawas di masjid dan organisasi nirlaba serta pedagang dan restoran halal. 

 

Dokumen yang bocor pun salah satunya mengenai Qureshi. Dia merasa tak terkejut karena selama ini dirinya merasa telah diikuti sejak lama. 

Kebocoran tersebut berdampak pada hubungan antara umat Islam dan warga Jepang karena khawatir pemerintah mengawasi keluarga Jepang. "Kami tidak perlu menyembunyikan apa pun karena kami merasa tidak melakukan kesalahan," ujar Qureshi. 

Qureshi tak peduli soal kebocoran tersebut, tetapi untuk orang lain mungkin ini menjadi masalah. Beberapa warga Jepang menjadi mualaf dan selalu datang ke masjid. Dengan banyaknya intelijen yang mengikuti mereka dan mengawasi, baik di rumah maupun kantor, mereka dikhawatirkan akan ketakutan dan berhenti datang ke masjid. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement