Kamis 14 Jul 2016 07:53 WIB

Ayam Taliwang Langganan Menteri dan Presiden

Siti Sovia, generasi kedua Restaurant Taliwang H. Moerad, Mataram, NTB.
Foto: Republika/Irwan Kelana
Siti Sovia, generasi kedua Restaurant Taliwang H. Moerad, Mataram, NTB.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tahun ini Lombok menjadi tuan rumah MTQ Tingkat Nasional ke-26 yang akan digelar di Islamic Center Mataram, 28 Juli hingga 7 Agustus 2016. Momentum Best Halal dan MTQ Nasional ini perlu  dimaksimalkan untuk mempromosikan wisata syariah di Lombok dan juga Sumbawa.

 

Salah satu kuliner paling terkenal di Lombok adalah ayam taliwang. Rasanya tidak lengkap berwisata ke Lombok bila menikmati ayam taliwang. Menu ayam taliwang biasanya selalu dipadukan dengan kangkung plecing.

Bicara ayam taliwang, maka satu nama harus disebut, yakni Haji Ahmad Moerad atau lebih dikenal dengan nama H. Moerad. Dialah perintis dan pelopor ayam taliwang di Lombok. Haji Moerad berasal dari Taliwang, sebuah desa di Pulau Sumbawa, yang kemudian merantau ke Mataram, Pulau Lombok. Saat ini ayam taliwang H. Moerad berada di dua lokasi, yakni  di Jalan Pelika Nomor 6, Pajang, Mataram, dan Jalan Anak Agung Gde Murah, Cakranegara, Mataram.  

“Ayah kami membuka restoran ayam taliwang sejak tahun 1965,” kata Siti Sovia Moerad.

Generasi kedua H. Ahmad Moerad itu  menambahkan, awalnya ayahnya adalah eksportir sapi, antara lain tujuan Hongkong. “Namun tiga kali kapal beliau tenggelam, berikut ribuan ekor sapi dan mobil pengangkutnya. Akibatnya ayah bangkrut. Sedangkan beliau mempunyai banyak anak yang harus diberi makan,” kenang  Siti Sovia.

Istri H. Moerad, H. Salmah  yang masih keturunan Jawa mengusulkan kepada suaminya untuk berjualan makanan, seperti nasi pecel. Sebelumnya, Salmah pernah berjualan nasi pecel pada zaman Jepang. Awalnya Haji Moerad menolak. Baginya sang istri lebih baik tinggal di rumah. Akhirnya sang istri minta pendapat kepada kakak tertua Haji Moerad. Ia mendapatkan persetujuan dari kakaknya tersebut. Haji Moerad akhirnya mengizinkan istrinya untuk membuka warung nasi dengan syarat.

"Baiklah, saya setuju kita membuka rumah makan, tapi jangan berharap kita mendapatkan keuntungan yang besar dari usaha ini. Yang akan kita dapatkan adalah banyak sahabat,” kata H. Moerad kepada istrinya saat itu.

Syarat kedua yang dikemukakan oleh H. Moerad kepada istrinya adalah harganya tidak boleh terlalu mahal. “Kalau terlalu mahal, ini zalim. Dan kalau ada orang yang datang untuk membeli, berapa pun uang yang dia bawa, tidak boleh dia pulang dengan tangan kosong. Itulah dua syarat yang ditekankan oleh ayah saya sebelum orang tua saya tersebut membuka makan ayam taliwang.”

baca juga: Menarik Turis Timur Tengah ke Ampenan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement